Mohon tunggu...
Harun Al Rasyid
Harun Al Rasyid Mohon Tunggu... Guru - Menulis dan Mengabadikan Sejarah Hari Ini

Menulis dan Mengabadikan Sejarah Hari Ini YouTube : KabarHarunHariini Channel Instagram : @Kabarharunhariini

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kisah Pilu Tragedi Bom Mega Kuningan dan Bergerak Menjadi Guru

7 September 2023   09:23 Diperbarui: 7 September 2023   09:36 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Bersemai bersama Calon Guru Penggerak Angkatan 7. Dokumen Pribadi)

Hidup bukanlah apa yang kita bayangkan, ketika Anda telah memilih. Lakukanlah yang terbaik

 

Pada tanggal 17 Juli 2009, tersiar kabar tragedi bom di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton Jakarta. Seluruh media televisi Nasional beramai-ramai menyiarkan kabar memilukan dengan tampilan gambar yang mengenaskan. Kaca-kaca jendela yang pecah, bertebaran dimana-mana. Sprinkler yang masih menyala, menyebabkan seisi ruangan basah. Kepulan asap yang tebal. Orang-orang yang berlarian menyelamatkan diri. Serta penggalan tubuh manusia yang juga turut tersiar dalam berita tersebut. Teringat jelas setiap bagian beritanya dalam memori saya. Tangan saya gemetar kala itu, keringat dingin mulai bermunculan, hati makin gusar. Bagaimana dengan Bapak?

Ya, Ayah saya bekerja di wilayah yang sama dengan lokasi kejadian sebagai karyawan swasta bagian pertamanan di stadion utama miliki negara dan waktu itu sering mondar-madir komunikasi untuk mempersiapkan klub ternama di Liga Inggris yang dilatih oleh Sir Alex Ferguson, yakni Manchester United. Saat melihat berita, saya hanya terpikirkan nasib Ayah saya. Apakah ikut berdampak? Apakah sampai ke lokasi kerjanya? Dengan sigap saya menelpon beliau untuk mengetahui kabarnya. Alhamdulillah, Ayah saya selamat.

Bagi Sebagian orang, berita itu hanya tentang bom bunuh diri yang menewaskan 9 orang dan melukai sekitar 53 orang WNI dan WNA. Namun, bagi saya peristiwa tersebut menjadi titik penentu kisah perjalanan hidup. Peristiwa itulah yang membuat impian saya mempelajari komunikasi dan multimedia pupus. Tragedi bom Mega Kuningan,  terjadi 9 hari setelah Pemilu Presiden dan 2 hari sebelum kedatangan tim sepak bola Manchester United (MU) ke Indonesia untuk bertanding dengan tim Indonesia All Star. Saat itu, saya duduk di bangku kelas 3 SMA. Saya memiliki impian untuk bisa masuk perguruan tinggi ternama pada jurusan Komunikasi dan Multimedia. Harapan saya sangat tinggi bisa belajar tentang itu, bahkan bayangan-bayangan saya kuliah di bidang tersebut juga sudah tergambar jelas di angan saya. Akan tetapi, nyatanya tragedi bom tersebut membuat cita-cita saya ikut meledak, hancur bak Gedung hotel JW Marriot.

Ayah saya bekerja di tempat penyelenggara acara pertandingan antara MU dan Indonesia All Star. Seluruh persiapan telah dimatangkan, uang juga telah digelontorkan untuk keberlangsungan acara tersebut dari promosi sampai akomodasi. Namun, tragedi bom mengurungkan MU hadir demi menjaga keselamatan anggota tim. Acara pertandingan batal dilaksanakan, tapi penyelenggara tidak bisa menerima uangnya kembali. Penyelenggara rugi besar, dan kondisi tersebut juga berdampak pada pekerjaan Ayah saya.

Memang tidak sampai diberhentikan dari pekerjaan, tapi secara finansial menjadi tidak stabil. Akibat kejadian tersebut bahkan si merah, motor kesayangan saya harus berpindah tangan ke pembeli. Belum sampai disitu, "Bang, kayanya harus pindah tempat pilihan kuliah. Bapak ga mampu kalo Abang kuliah disana, mahal. Bapak ga punya uang buat bayarnya". Kalimat yang disampaikan Ayah saya tersebut bak sambaran petir di siang bolong.

Lemes, kecewa, putus asa, sedih, dan marah semua bercampur jadi satu. Angan saya hancur, bayangan cita-cita saya lenyap. Saya seperti orang linglung karena kehilangan cita-cita. Kala itu, rasanya saya ingin berteriak kencang menyalahkan pelaku bom. Ingin rasanya saya memaki, bahkan ingin rasanya menyalahkan Tuhan. Tapi, saya memilih untuk diam. Diam dalam sedih menerima kenyataan pahit yang harus saya terima.

Hari berganti hari, saya masih kehilangan arah dan tidak tahu masa depan saya. Saya masih belum memutuskan keberlanjutan studi saya. Saya belum bisa mencari solusi lain dari masalah saya, karena saya tidak pernah berharap ini terjadi. Dengan hati yang masih bimbang, sedih dan marah yang masih berkecamuk, saya melangkah menuju rumah Nenek saya, niat hati ingin melarikan diri sejenak dari kenyataan. Rodiah, itulah nama Nenek saya. Nenek yang penyayang dan menaruh harapan besar pada cucunya. Sekaligus Nenek yang mengispirasi hidup saya dan menempatkan saya ada disini. "Gapapa Run, ga jadi masuk sana. Kalo boleh pesen. Nenek pengen punya cucu guru. Biar enak hidupnya, berkah. Inshaa Allah lebih tenang banyak pahala".

Singkat dan padat, namun kalimat itulah yang membangkitkan semangat saya. Angan mulai muncul. Harapan kembali berdatangan. Mungkin memang ini jalan saya, menjadi seorang guru. Saya mulai berpikir, jika saya bisa menjadi guru, mungkin saya bisa memberikan dampak yang lebih besar pada bangsa dan negara. Jika saya jadi guru, saya bertekad mengajarkan nilai-nilai baik bagi murid, tidak seperti guru yang mengajarkan muridnya untuk melakukan bom bunuh diri di JW Marriot dan Rizt Cartlon.

Rencana kiat mantap, sayapun mendaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Swasta yang ada di Jakarta. Menjalani kehidupan sebagai mahasiswa keguruan, mempelajari berbagai macam hal tentang kependidikan dan Alhamdulillah tepat 4 tahun, saya lulus dan menyandang gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.). Bangga dan haru, senang rasanya bisa mewujudkan doa Nenek saya yang kini telah wafat. Namun saya bertekad akan tetap menjalani kehidupan ini dan berdampak lebih besar bagi orang-orang sekitar saya sebagai seorang guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun