Dalam Obrolan Santai
"Kebenaran itu apa?" Sebuah pertanyaan tiba-tiba muncul dalam obrolan santai. Sejenak aku menjadi termangu dengan pertanyaan tersebut. Seharusnya itu pertanyaan mudah, sederhana dan bisa di jawab dengan segera, toh ini bukan forum resmi yang membahas keilmuan secara serius maka tinggal bilang bahwa kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan kenyataan, misalnya, umur manusia bertambah tapi jatah hidup berkurang, Samarinda ada di Kalimantan Timur, dan lain sebagainya.
Atau tinggal bilang bahwa kebenaran adalah perilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat atau perilaku yang sesuai dengan tuntunan agama. Dengan jawaban seperti itu, harusnya pembicaraan selesai dan beres. Tetapi ternyata tidak, mereka setuju dengan jawaban tersebut tetapi berharap pembahasannya tetap berlanjut, apalagi hari belum terlalu malam untuk mengakhiri pembicaraan.
Mereka berharap pembahasan ditambah dan sedikit menggigit, misalnya kapan sesuatu bisa disebut benar dan kapan disebut salah. Hanya tidak perlu mendalam apalagi sampai menjurus ke arah filsafat. Tidak perlu membahas seperti yang ada dalam teori-teori kebenaran, misalnya teori korespondensi, teori koherensi dan lain sebagainya. Kebenaran yang bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari dan ditafsirkan bebas menurut pendapat pribadi saja, seperti yang berikut ini :
1.Kebenaran adalah sesuatu yang tidak bisa dibantah dan tidak bisa dipertentangkan.
Pernyataan bahwa semua manusia akan mati adalah sebuah kebenaran yang tidak bisa dibantah oleh siapapun. Kalau ada yang menyatakan bahwa ada manusia hidup abadi itu hanya ada dalam dongeng atau film fiksi. Ini adalah kebenaran yang bisa diterima oleh semua manusia dan tidak akan ada yang bisa membantah atau mempertentangkan.
2. Kebenaran tergantung posisi geografis.
Bagi kita yang hidup di Indonesia posisi Ka'bah itu berada di sebelah barat tapi bagi manusia yang berada di bumi belahan lain bisa berbeda, tergantung letak geografis mereka terhadap Ka'bah ada di mananya, bisa di Timur, di Utara dan lain-lain. Dalam hal ini kebenaran dilihat dari posisi masing-masing, semuanya benar dan juga tidak perlu dipertentangkan.
3. Kebenaran satu pihak.
Kebenaran yang benar menurut salah satu pihak tetapi kurang benar bagi pihak lain, misalnya agama. Bagi penganut sebuah agama akan berpendapat bahwa agama yang dianutnya adalah yang paling benar dan yang lain kurang benar. Sementara pihak lain juga beranggapan bahwa agama dialah yang paling benar dan yang lain salah. Kita beruntung berada dalam negara yang saling menghargai dan menghormati perbedaan agama, bahkan perbedaan suku, ras dan golongan.
4. Kebenaran yang dimanipulasi
Demi meraih simpati/kedudukan seseorang bisa melakukan manipulasi kebenaran agar menjadi dusta atau sebaliknya dusta menjadi kebenaran. Hal ini bisa terjadi dimana saja, dalam sebuah lembaga/instansi, dalam dunia usaha, dan lain sebagainya. Apalagi dalam politik, dari jaman kerajaan sampai jaman modern, banyak sekali intrik dan manipulasi kebenaran, kebenaran begitu mudah diplesetkan, yang benar bisa menjadi salah, yang salah bisa menjadi benar.
5. Kebenaran sesuai selera.
Ada juga kebenaran yang dinilai menurut selera masing-masing? Makanan ini enak. Benarkah yang dikatakan itu sebuah kebenaran? Enak bagi yang satu belum tentu enak bagi yang lain. Benarkah pemandangan di Telaga itu indah? Jawabannya bisa berbeda sebab indah bagi kita belum tentu indah bagi yang lain. Cantik/indah bagi seseorang belum cantik/indah bagi yang lain.
6. Kebenaran sesuai kepentingan
Seringkali manusia bertindak sesuai dengan pemikirannya sendiri. Kebenaran akan dinilai benar bila sesuai dengan kepentingan pribadi atau golongan dan akan dinilai salah bila tidak sesuai dengan kepentingan pribadi atau dengan kata lain dinilai benar bila memberikan keuntungan dan dinilai salah bila tidak memberikan keuntungan.
7. Kebenaran dari sudut pandang
Tahun lalu produk undang-undang cipta kerja menuai pro dan kontra. Tidak bermaksud untuk membahas undang-undang tersebut lebih jauh tetapi lebih pada pembahasan bahwa kebenaran bisa menjadi berbeda bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Mahasiswa melakukan demo dan menilai dari sudut pandang mereka, buruh melakukan demo karena menganggap itu merugikan, sementara pemerintah dan DPR tetap teguh dan berkeyakinan bahwa itu sudah benar karena melalui kajian.
Silahkan lanjutkan pembahasannya dengan mengamati peristiwa atau keadaan sekitar, tidak perlu teori-teori kebenaran atau teori filsafat dan semacamnya, kebenaran menurut pendapat pribadi saja, toh ini hanya obrolan santai sambil menikmati secangkir kopi, yang penting bisa membuat diri menjadi lebih bijak dalam menyikapi sebuah berita yang belum tentu kebenarannya.
Terima kasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H