Mohon tunggu...
Hartoyo
Hartoyo Mohon Tunggu... Guru - “Dan diatas setiap orang yang berpengetahuan, ada yang Maha mengetahui”. (QS.Yusuf 12:76)

~ ~ ** ~~

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dalam Obrolan Santai

22 Oktober 2021   09:10 Diperbarui: 22 Oktober 2021   09:12 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Demi meraih simpati/kedudukan seseorang bisa melakukan manipulasi kebenaran agar menjadi dusta atau sebaliknya dusta menjadi kebenaran. Hal ini bisa terjadi dimana saja, dalam sebuah lembaga/instansi, dalam dunia usaha, dan lain sebagainya. Apalagi dalam politik, dari jaman kerajaan sampai jaman modern, banyak sekali intrik dan  manipulasi kebenaran, kebenaran begitu mudah diplesetkan, yang benar bisa menjadi salah, yang salah bisa menjadi benar.  

5. Kebenaran sesuai selera.

Ada juga kebenaran yang dinilai menurut selera masing-masing? Makanan ini enak.  Benarkah yang dikatakan itu sebuah kebenaran? Enak bagi yang satu belum tentu enak bagi yang lain. Benarkah pemandangan di Telaga itu indah? Jawabannya bisa berbeda sebab indah bagi kita belum tentu indah bagi yang lain. Cantik/indah bagi seseorang belum cantik/indah bagi yang lain.

6. Kebenaran sesuai kepentingan

Seringkali manusia bertindak sesuai dengan pemikirannya sendiri. Kebenaran akan dinilai benar bila sesuai dengan kepentingan pribadi atau golongan dan akan dinilai salah bila tidak sesuai dengan kepentingan pribadi atau dengan kata lain dinilai benar bila memberikan keuntungan dan dinilai salah bila tidak memberikan keuntungan.

7. Kebenaran dari sudut pandang

Tahun lalu produk undang-undang cipta kerja menuai pro dan kontra. Tidak bermaksud untuk membahas undang-undang tersebut lebih jauh tetapi lebih pada pembahasan bahwa kebenaran bisa menjadi berbeda bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Mahasiswa melakukan demo dan menilai dari sudut pandang mereka, buruh melakukan demo karena menganggap itu merugikan, sementara pemerintah dan DPR tetap teguh dan berkeyakinan bahwa itu sudah benar karena melalui kajian.

       

Silahkan lanjutkan pembahasannya dengan mengamati peristiwa atau keadaan sekitar, tidak perlu teori-teori kebenaran atau teori filsafat dan semacamnya, kebenaran menurut pendapat pribadi saja, toh ini hanya obrolan santai sambil menikmati secangkir kopi, yang penting bisa membuat diri menjadi lebih bijak dalam menyikapi sebuah berita yang belum tentu kebenarannya.


Terima kasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun