Dalam kurun waktu 10 tahun ke depannya saja misalnya, sebagai asumsinya, betapa besarnya bahan bakar kendaraan yang dapat dihemat, masa penggantian suku cadang kendaraan bermotor akibat adanya kerusakan dapat diperpanjang yang berarti penghematan dari pembelian suku cadang kendaraan bermotor tersebut, biaya akomodasi perjalanan, dan sebagainya. Semua itu akan menghemat anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) dan anggaran belanja masyarakat awam. Belum lagi penghematan waktu dan tenaga yang sudah dapat dipastikan efisiensinya.
Dari satu sisi ini saja sudah terlihat jelas sekali ketidak-adilan biaya yang harus ditanggung antara masyarakat di daerah Mukomuko Selatan (Air Rami, Malin Deman, Ipuh, Sungai Rumbai, Pondok Suguh) dengan masyarakat di daerah Mukomuko Utara. Pembangunan infrastruktur jalan di daerah Mukomuko Selatan juga sangat kurang dibandingkan di daerah Mukomuko Utara selama satu dekade ini, sehingga sangat merugikan proses pembangunan ekonomi masyarakatnya, betapa beratnya biaya operasional kegiatan usaha perdagangan dan pembangunan fisik di daerah Mukomuko Selatan tersebut.
Â
Kajian Geografis Daerah Bantal Secara Singkat
Secara sepintas dan sederhana, daerah Bantal, Teramang Jaya, berdekatan dengan sungai Bantal yang cukup besar, merupakan suatu daerah lembah yang cukup lebar / luas, merupakan dataran alluvial dan kaki pegunungan Bukit Barisan yang agak sempit dan sedikit bergelombang geomorfologinya bila dibandingkan dengan dataran alluvial di daerah sebelah timur pegunungan Bukit Barisan secara umumnya mulai dari utara hingga selatan, mulai dari daerah Sumatera Utara hingga daerah Lampung.
Topografi daerah Bantal juga lebih menguntungkan dalam hal sisi keamanannya dari adanya bahaya kenaikan permukaan air laut global akibat meningkatnya suhu global dunia sebagai akibat dari efek rumah kaca dunia, dimana semakin mencairnya es di kutub utara.
Ada sebuah teori terkenal yang masih diakui kebenarannya hingga sekarang bahwa apabila suhu global dunia naik sebesar 1°C maka ketinggian permukaan air laut dunia akan bertambah sebesar 2,3 meter. Hasil penelitian internasional yang terbaru tahun 2013 di Bali pun telah membuktikan fakta yang demikian, seperti dalam pemberitaan disini dan disini.
Jadi, disarankan bahwa pembangunan perkantoran kabupaten dan lain-lain diusahakan di bagian wilayah yang berketinggian tempat lebih dari 5 meter dari permukaan air laut (dpl) misalnya.
Secara umum pun, tetap perlu dilakukan pemeliharaan areal hutan Hutan produksi Terbatas (HPT), areal hutan Hutan Produksi (HP), apalagi areal hutan lindung Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Jangan sampai dialihfungsikan secara membabi buta menjadi areal perkebunan tanaman kelapa sawit, yang menyebabkan semakin tingginya tingkat erosi tanah dan berkurangnya daya serap tanah terhadap air hujan dalam bentuk surface run-off menuju membentuk gulley erosion sehingga menyebabkan banjir, tetapi dapat dialihfugnsikan sebagai perkebunan tanaman industri karet sebagai langkah manifestasi penghutanan kembali demi menyelamatkan daerah penangkap air hujan (recharge area) dan keberlangsungan keberadaan air tanah (reservoar).
Peta Kawasan Hutan Provinsi Bengkulu dibawah iniÂ
 [caption caption="website httpblog.ulayat.or.id"]