Mohon tunggu...
Hartono
Hartono Mohon Tunggu... Penulis - Seorang yang suka sekali menulis

"Kurang Cerdas Dapat Diperbaiki Dengan Belajar. Kurang Cakap Dapat Dihilangkan Dengan Pengalaman. Namun Tidak Jujur Itu Sulit Diperbaiki." (Moh. Hatta)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saat Guru Bukan Lagi Pahlawan Tanpa Jasa

25 April 2019   11:03 Diperbarui: 8 Mei 2019   09:20 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia pendidikan ada dua komponen yang berperan penting yakni guru dan sekolah sebagai sarana pendidikan siswa-siswi yang berperan penting dalam kelangsungan belajar mengajar guna mencerdaskan siswa-siswi sebagai penerus cita-cita bangsa dan negara.

Terdapat tiga (3) tugas pokok dari seorang guru yakni pertama adalah tugas profesional, meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta mengembangkan keterampilan, kedua adalah tugas manusiawi, guru disini bertugas sebagai orang tua kedua bagi siswa-siswi di sekolah, sehingga diharapkan guru dapat menjadi panutan dan teladan bagi siswa-siswi, ketiga adalah tugas kemasyarakatan, keberadaan guru sebagai anggota masyarakat dan warga negara dimana keberadaannya tidak dapat digantikan oleh komponen manapun dalam menciptakan generasi penerus bangsa dan negara.

Namun pada saat ini, guru tidak lagi dianggap sebagai pahlawan tanpa jasa. Berbagai kasus yang terjadi di Indonesia terkait kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah semakin banyak terjadi dan berakhir pada ranah hukum. Kekerasan yang terjadi bukan saja kekerasan secara fisik tetapi juga dapat berupa kekerasan psikis yang dapat memberikan dampak negatif bagi siswa-siswi.

Faktor penyebab terjadinya kasus ini dapat berasal dari faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal dapat terjadi dari cara atau pola mengajar yang diterapkan, cara berinteraksi dan karakteristik pribadi masing-masing guru, dan masih banyak lain. Faktor eksternal dapat bersumber dari perilaku siswa-siswi yang dipengaruhi baik dari keluarga dan lingkungan sekitarnya.

Hukum di Indonesia khususnya terkait perlindungan terhadap anak telah sedemikian jelas mengatur bahwa semua kekerasan yang dilakukan terhadap anak dilarang. Namun hal tersebut tidak membuat kasus-kasus kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah berkurang. Yang terjadi pada saat ini adalah dengan banyaknya kasus yang terjadi membuat guru menjadi takut dan bingung dalam memberikan sanksi kepada siswa-siswi sebagai sebuah bentuk pendisiplinan. 

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah bentuk pendisplinan haruslah dengan kekerasan? 

Waktu saya sekolah dulu, guru memberikan sanksi memukul betis dengan penggaris, menjewer telinga sampai di jemur di lapangan adalah hal yang biasa terjadi. Tapi semua tentunya berubah setelah pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Perlindungan Anak. Bentuk-bentuk sanksi seperti itu sudah tidak dapat lagi dilakukan oleh guru.

Idealnya sekolah dapat menjadi tempat ramah bagi siswa-siswi, yang dapat memberikan jaminan untuk melangsungkan proses belajar mengajar dengan nyaman. Suatu tindak kekerasan seharusnya tidak terjadi di lingkungan sekolah. Mengingat sekolah merupakan lembaga pendidikan yang seharusnya dapat menyelesaikan masalah yang terjadi secara edukatif tanpa adanya kekerasan. 

Tindak kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah dapat memunculkan respon dan dampak dari berbagai pihak. Dampak yang nyata ditimbulkan dari tindak kekerasan guru terhadap siswa-siswi adalah berkurangnya kepercayaan terhadap keselamatan siswa-siswi di sekolah. Selain itu dampak yang terjadi adalah hilangnya motivasi untuk sekolah bagi siswa-siswi dalam belajar, selain itu juga dapat berdampak perubahan perilaku anak yang menjurus terganggunya psikologi anak, dan lain-lain.

Untuk dapat mencegah terjadinya tindak kekerasan di lingkungan sekolah menurut penulis, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sistem Yang Berlaku di Sekolah

Setiap sekolah tentunya memiliki sistem yang berlaku di lingkungannya. Khususnya sistem tata tertib yang dibuat berguna untuk pendisplinan. Tata tertib sekolah yang dibuat haruslah menyesuaikan dengan kondisi guru dan siswa-siswi di lingkungan sekolah. Setiap peraturan yang dbuat tidak memberatkan salah satu pihak sehingga tidak menghambat proses belajar mengajar yang berujung pada tindak kekerasan. Tentunya Tata tertib atau peraturan dibuat haruslah jelas dan mudah dimengerti baik guru dan siswa-siswi.

2. Mengoptimalisasikan Forum Orang Tua di Sekolah

Tidak dapat dipungkiri peran orang tua sangat penting bagi pengembangan anak didik. Peran aktif orang tua memberikan informasi terkait anak mereka bagi guru sangatlah penting bagi guru untuk memahami kondisi dan prilaku siswa-siswi sehingga guru lebih mengenal siswa-siswi yang akan mereka didik. Pertemuan orang tua dan guru sangat diperlukan agar dapat lebih mengenal satu sama lain sehingga apabila terjadi sesuatu hal terhadap anak dapat terlebih dahulu diselesaikan secara internal. 

3. Sosialisasi dan pembinaan bagi orang tua dan guru

Pentingnya orang tua dan guru untuk mendapatkan informasi ataupun pengetahuan yang lebih luas khususnya bagi orang tua bagaimana cara mendidik anak yang benar, bagi guru bagaimana cara mengatasi kenakalan siswa-siswi di sekolah, Pnedidikan parenting, publik speaking dan sebagainya.

4. Memberikan wadah bagi anak untuk bersosialisasi

Pada saat ini anak banyak menghabiskan waktu di sekolah sehingga mereka tidak memiliki waktu dan tempat untuk melakukan hal-hal yang positif di luar jam sekolah. Walaupun di sekolah menyediakan waktu dan tempat dalam ekstrakulikuler tetapi semua masih berada di lingkungan sekolah. 

Belum lagi waktu anak-anak habis terkuras dengan belajar tambahan dan mengejarkan tugas-tugas sekolah, sehingga akhirnya anak di rumah menghabiskan waktu untuk bermain handphone. 

Anak sebagai bagian dari masyarakat tentunya memiliki hak untuk melakukan kegiatan positif selain berada di sekolah. terlebih waktu bersama keluarga. Terkadang pada sore hari orang tua masih bekerja, dan malam hari dalam keadaan lelah tidak dapat lagi mengontrol atau sekedar berdiskusi dengan anak-anak. 

Anak-anak tentunya memiliki bakat masing-masing yang sekiranya dapat dikembangkan agar dapat berguna bagi masa depan mereka. Mereka yang suka berbahasa Inggris dapat membentuk wadah komunitas English Club, mereka yang suka dengan menggambar dapat membuat komunitas menggambar, mereka yang suka bercerita dapat membentuk komunitas Rumah Cerita, yang pada intinya adalah mereka dilatih untuk bersosialisasi dengan teman-teman yang memiliki hobi dan bakat yang sama. tentunya semua ini akan memberikan dampak yang positif bagi perkembangan diri mereka. 

Dari semua yang dijelaskan di atas tidak akan dapat berjalan maksimal apabila tidak ada peran serta dari sekolah, orang tua, masyarakat dan pemerintah. Apabila kita menganggap bahwa kepentingan anak adalah merupakan hal yang utama, maka hambatan yang dihadapi dalam mewujudkan semua ini akan terpecahkan. Sehingga guru tetap akan dikenang sebagai Pahlawan Tanpa Jasa selamanya.

"Guru yang bijaksana memandang semua bagiannya dengan belas kasih dan pengharapan, karena ia memahami keseluruhannya. Secara konsisten ia bersikap rendah hati. Ia tidak berkilau seperti berlian tetapi membiarkan dirinya menjadi semulus dan sepadat batu." (Pembelajaran Tao)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun