Mohon tunggu...
Hartono
Hartono Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa PPG Prajabatan Gelombang 2 Tahun 2023, Prodi PPG Sekolah Pascasarjana UM

Saya memiliki ketertarikan pada bidang sejarah, sosial, politik, pemerintahan, hukum dan pemerintahan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Gentenan, Bentuk Interaksi Assosiatif & Kerukunan Umat Beragama di Desa Ngadas, Kabupaten Malang

19 Juni 2024   17:45 Diperbarui: 19 Juni 2024   17:57 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terdapat suatu tradisi yakni gentenan atau bergantian, dalam artian bergantian untuk saling membantu dan menolong ketika ada saudara yang membutuhkan, menggelar suatu acara baik pernikahan, sunatan, ataupun kematian. Mereka juga bergantian untuk menghadiri undangan dari warga yang lain. 

Tradisi gentenan dilaksanakan ketika ada saudara ataupun tetangga yang menggelar suatu acara, ataupun membutuhkan sebuah bantuan, baik bantuan tenaga ataupun bantuan material. Apabila terdapat sebuah undangan dari seseorang, maka semua yang diundang secara otomatis wajib hadir menghadiri undangan tersebut.

Apabila ada tetangga atau saudara yang menggelar acara, maka yang lain bisa membantu dengan memberikan uang, barang, ataupun tenaga bantuan. Maka si penerima akan membalas atas apa yang diberikan oleh orang tersebut ketika orang yang memberi menggelar suatu acara atau membutuhkan bantuan, hal saling bergantian inilah yang disebut dengan gentenan. 

Dalam arti lain bisa bisa dipahami dari dalam Tradisi gentenan sendiri sering dilakukan dalam acara-acara hajatan. Pada mulanya seseorang yang berniat membuat sebuah hajatan, akan pergi ke rumah orang yang lain untuk meminta bantuan, baik berupa barang ataupun uang. Bantuan tersebut secara langsung dicatat sebagi hutang, yang harus dikembalikan ketika orang yang memberi mengadakan sebuah hajatan.

Bentuk Interaksi Assosiatif Dalam Tradisi Gentenan Di Desa Ngadas, Kabupaten Malang 

Kearifan masyarakat lokal dalam berhubungan dan bertoleransi antar umat beragama dilandasi oleh pengetahuan dan tata krama sosial yang tinggi. Dari interaksi yang ada sudah menunjukkan empat model interaksi yakni dalam cara bersikap, keterlibatan sosial, perhatian publik, dan terbuka. 


Interaksi umat beragama yang terwujud mencerminkan agama sebagai konteks sosial (Haryanto, 2014). Model interaksi yang dilakukan oleh warga masyarakat Ngadas adalah model interaksi assosiatif, yakni sebuah hubungan yang terwujud atas kehendak rasionalisasi masyarakat. 

Interaksi assosiatif merupakan sebuah jenis interaksi sosial yang menuju kepada suatu hal yang positif. Interaksi ini akan membawa dampak pada kedekatan hubungan solidaritas dalam masyarakat yang lebih erat. Salah satu bentuk dalam interaksi assosiatif adalah cooperation atau kerja sama. 

Dalam tradisi gentenan sangat terlihat bentuk interaksi antar masyarakat yang dibangun diatas kerja sama dan kegotongroyongan demi mewujudkan sebuah kerukunan masyarakat di tengah keberagaman agama. Tradisi ini dapat dikategorikan menjadi suatu interaksi assosiatif karena dalam tradisi ini semuanya mengarah ke hal-hal positif yang semakin memupuk jiwa solidaritas masyarakat Desa Ngadas.

Menurut Teori interaksi simbolik dalam tradisi gentenan ini terdapat sebuah makna simbolik dari komunikasi dan interaksi yang terjalin. Dari tradisi ini muncul simbol-simbol yang digunakan dalam berinteraksi sehari-hari dalam menjaga tradisi yang ada. 

Dari sikap saling membalas atau saling bergantian, dan saling membantu di antara masyarakat yang sedang menggelar sebuah hajatan atau memiliki kebutuhan tersebut dapat diinterpretasikan bahwa terdapat simbol-simbol dari masyarakat Desa Ngadas yang mempunyai suatu keinginan untuk bersatu dan menyemai persatuan sesama manusia dan sesama masyarakat Suku Tengger, meskipun dibelakang mereka terdapat perbedaan latar belakang agama yang dianut dan diyakini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun