Sebagai manusia yang merupakan makhluk ciptaan Allah paling sempurna, kita harus kembali memahami esensi dan hakikat penciptaan manusia di muka bumi ini. Allah menciptakan sesuatu pasti memiliki maksud dan tujuan tertentu dari penciptaannya, sebagaimana yang tercantum dalam Surah Al-Ahqof ayat 3 berikut ini:
Dan Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan dalam waktu yang ditentukan.” (QS. al-Ahqaf: 3).
Manusia diturunkan di bumi memiliki dua tujuan hidup yang paling utama, yakni beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT. Beribadah bermakna menghamba kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan mengharap ridha Allah SWT. Hal itu telah dijelaskan dalam Surah Al-Bayyinah ayat 5, yang berbunyi:
Dan mereka tidaklah disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat serta menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. al-Bayyinah:5).
Setelah mengetahui apa tujuan hidup manusia, yakni untuk senantiasa beribadah kepada Allah dan mengabdi kepada-Nya. Kita dapat melakukan penajaman muhasabah atau introspeksi dengan beberapa cara berikut: Langkah paling utama adalah mengingat dan merenungi semua perilaku yang telah dilakukan, apakah sudah sesuai dengan tuntunan Islam atau justru melenceng dari tuntunan. Langkah kedua, adalah kita harus mendorong dan memacu diri kita untuk semakin bersemangat dalam melakukan ibadah serta hal-hal yang diperintahkan oleh Allah SWT, juga senantiasa berusaha untuk menjauhi larangan-Nya, disertai dengan menyesali dosa-dosa yang telah diperbuat dengan cara bertaubat dengan taubat yang sungguh-sungguh (taubatan nasuha). Hal tersebut harus dilakukan secara bertahap namun tetap konsisten atau istiqomah. Setelah terciptanya konsistensi dalam melaksanakan ibadah dan amal sholeh, akan muncul kekhusyuk’an dan ketenangan batin dalam melakukannya.
Setelah langkah kedua sudah dilakukan, langkah ketiga adalah selalu merasa bersyukur atas nikmat dan karunia yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita.
Dengan merasa selalu bersyukur akan tercipta keadaan tidak pernah lupa dan merasa bahwa karunia Allah yang diberikan itu salah. Keadaan syukur yang tertanam dalam hati dan jiwa, akan menambah rasa patuh dan hina kita dihadapan Allah.
Langkah keempat yang harus dijalankan sebagai penajaman muhasabah yang telah dilakukan adalah selalu mengingat bahwa Allah ada dan selalu bersama diri kita dan selalu mengawasi perilaku yang kita lakukan. Sehingga kita tanpa sadar akan menghindar dari perilaku yang secara sepele merupakan larangan dari Allah, yakni ghibah, namimah, fitnah, dan perilaku buruk lainnya.
Sangatlah rugi bagi seorang muslim yang tidak pernah melakukan muhasabah diri seumur hidupnya. Karena muhasabah sangatlah penting untuk mengembalikan kita ke arah yang tepat dan benar sesuai dengan tujuan Allah menciptakan manusia, beserta hakikat manusia.
Dari muhasabah, iman akan senantiasa terjaga, dan takwa kita sedikit demi sedikit akan bertambah seiring dengan ibadah dan amal sholeh yang kita lakukan.
Kewajiban Sholat dan Keutamaannya