Ketika membukanya seminggu kemudian, kulit Cemepedak berganti nama dengan sebutan Mandai, dan bisa lekas dinikmati sebagai lauk-pauk pengganti ikan, malah. Pas jika menikmatinya dalam kondisi kanker --kantong kering- hiks
Mengolahnya-pun gampang, benamkan mandai dalam bumbu bawang merah bawang putih, lalu goreng saja. Ketika berwarna kecoklatan dan berbau khas, tiriskan. Mandai siap dihidangkan bersama nasi hangat dan jangan lupa sambal korek.
Bagi yang belum merasakan pastilah, penasaran kan? Kulit buahnya kok dimakan? Gak dibuang? Namun inilah yang dinamakan karakter kuliner tiap daerah yang beragam itu kan, yang bisa kita coba dan perkenalkan? Kalau suka kan bisa lanjut!
Itu saja? Adalagi biji buah Cempedak yang sebesar kelereng yang jua bisa disantap dengan cara menggoreng atau merebusnya lalu ditambah garam. Kuliner asik ini bisa saja menemani keseruan ngobrol kita bareng teman. Murah nan meriah!
Nah masyarakat di sini, juga meyakini jika buah Cempedak yang berwarna kuning dan manis ini adalah sumber pereda Malaria.
Biasanya merasakan manfaatnya hanya langsung melahap buahnya saja, tanpa pengolahan apapun buat pasien. Setelah diteliti ternyata terdapat kandungan Bioflavanodi sangat kental dalam buah ini, yang membantu penderita Malaria.
Selain itu, buah Cempedak banyak mengandung banyak vitamin A. Dan kadar alami manisnya membuat perut merasa jadi kenyang terus.
Tak jarang, jika ingin  berkemah, atau tersesat di Hutan dan alhasil menemukan pohon buah Cempedak adalah anugrah terindah yang pernah kalian miliki deh! Karena cukup membantu untuk masalah perut yang kelaparan.