Mohon tunggu...
Suharti
Suharti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pedagang Pasar/Ibu Rumah Tangga

Menulis apapun selama kau mampu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ajari Aku Jadi Tua-tua Keladi, Fred!

23 November 2018   10:03 Diperbarui: 24 November 2018   09:49 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku pernah tau jalan itu,aku kenal kepala dusunnya,"Ujar Ucok.

Pukul 18.00, Senja mulai larut. Kanaya memegangi terus Hp-nya, berharap sinarnya menjaganya dalam gelap. Kevin mendekap ibunya, kuharap asmanya tidak kambuh terpapar malam. Anggi masih asik dengan kamera-nya, sambil mengunyah coklat.

"Oya ini ada coklat, cobalah," kata Anggi, mengeluarkan semua dari tasnya.

Yowess, mempertimbangkan petunjuk Fred. Akhirnya aku meminta Ucok mengantarkan kami ke dusun itu, dengan motornya. Waktu 7 menitan, memungkinkan bisa untuk bolak-balik menjemput kami saut-satu pulang-pergi, sembari kami jua berjalan kesana. Biar nanti mobil sedan menjemput di dusun, mengantar 2 kloter ke penginapan. Karena waktu tempuh dan waktunya jadi lebih pendek.

"Bu Prita bersama Kevin, ikut bersama Ucok dulu ya," ujarku

Kulihat  Prita mengenggam Smartphone, tersemat aplikasi Facebook. Aku meminjamnya, dan membuat status "AKU DISINI" kutag akun temanku tadi sambil melampirkan posisi Dusun. Semoga dekat Dusun, ada sinyal internet lewat.


"Bu Prita, sesampai didusun click send ya,"ujarku

"Baiklah, ayo Anggi, Kanaya, keluarlah, kita berjalan. Anggap saja ini bonus wisata," ajakku

"Mobilnya gimana," tanya Her.

"Tinggal saja, jika yakin baik setelah mesin dingin. Besok Ucok membawanya ke pintu depan. Dan siang setelah rombongan selamat pulang ke rumah masing-masing, kita jemput Minibusmu," jawabku.

sumber foto : pexels.com
sumber foto : pexels.com
Jalan gelap, senja memancarkan lukisan malam. Her mulai menurunkan ransel rombongan. Masing-masing kami menggendong satu. Anggi menyorot lampu Hpnya kedepan, meski batrainya lemah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun