Jujur, untuk membakar sendiri menu itu, saya kurang bisa, membayangkan arangnya yang panas, asapnya yang menyebar dan resiko keselamatan ketika membakarnya menjadi momok yang menakutkan untuk bisa mandiri.
Tapi rasa takut coba saya kalahkan dengan tekad ini, iya Plan B tadi, yang akan mengganti Plan A untuk hang out dan dine-out, jika benar-benar malam ini turun hujan.
"Baiklah,saya akan coba," saya berbicara sendiri, dan lantas pergi.
*****
Akhirnya malam hari menjemput, dengan awan hitam dan hujan lebat yang berhasil mengepung kami. Kami akhirnya hanya terperangkap di rumah saja. Ujian itu memang harus dikerjakan malam ini, Â iya dengan menghangatkan kembali kebersamaan keluarga yang terasa membeku oleh dinginnya malam akibat hujan bercampur rasa kekecewaan.
Ahh, tapi jangan khawatir, sedari siang saya berhasil mengalah untuk tidak berjualan di pasar, saya sibuk menyiapkan potongan-potongan ayam dan ikan yang telah stand-by di kulkas, untuk dibakar di fancy grill itu.
Lalu setelah ayam dan ikannya basah terlumuri oleh bumbu itu, saya ungkep si ayam bersama daun salam , air asam dan kecap manis kental. Setelah empuk ditiriskan sebentar.
 Nah sudah, ayam dan ikan siap deh untuk dibakar. Saya kok optimis sekali, membakar potongan ayam dan ikan akan berhasil menghangatkan kebersamaan kami malam itu. Mungkin perasaan itu baru tersadar karena gampang atau apa ya?
Benar saja, Lani dan Melati menyambut dengan semangat, mereka mengambil peran masing-masing, Lani mengambil potongan ayam dan ikan tadi, lalu segera membakarnya tanpa rasa takut menggunakan Fancy-Grill yang terhubung langsung dengan sumber api kompor gas.Â
Apalagi kompor gasnya menggunakan si-pink, tabung gas dari BrightGas. Duh kokjadi aman rasanya berkreasi dengan jilatan-jilatan apinya.