Mohon tunggu...
Suharti
Suharti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pedagang Pasar/Ibu Rumah Tangga

Menulis apapun selama kau mampu

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ternyata Kejujuran Penyampai Pesan Kasih Sayang Keluarga

22 Februari 2018   13:49 Diperbarui: 7 Maret 2018   11:09 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditemani rinai hujan, malam itu saya harus mengerjakan pekerjaan rumah yang sulit sekali, sendirian. Apalagi kalau bukan berfikir bagaimana bisa menepati janji kepada anak-anak. Sudah lama memang kami, iya saya dan kedua anak saya tidak kumpul bersama, seraya tertawa gembira tanpa batasan waktu yang cepat memisahkan kami, iya seperti malam ini.

Sebagai single-fighter, saya harus merangkap jabatan sekaligus sebagai ayah, karena 2 tahun lamanya, saya dan suami saya telah berpisah. Tapi saya anggap inilah yang saya sebut tantangan hidup, mengelola kebahagian tentu akan menjadi tantangan yang terasa indah.

Sebagai pedagang kelontong di pasar tradisional, guyuran keuntungan dari berdagang dirasakan ketika hari libur, dimana para pengunjung pasar banyak menghamburkan uangnya. 

Itulah sebabnya, buah simalakama saya slalu kecap, terkadang harus ingkar janji dengan anak-anak untuk berkumpul bersama di waktu week-end, untuk bercanda dan berbagi kebahagiaan  di sepanjang hari.

Yah, kebetulan akhir tahun 2017 dan awal 2018 lalu, kami melewatkan momen seru untuk itu. Obral janji yang sering saya berikan untuk mewujudkannya terkadang membut mereka 'kebal', bahwa hal itu juga awam untuk terwujud, karena mungkin mereka sadar, ibunya kini sibuk sebagai tulang punggung keluarga. Hingga hari ini, tetap saja, setiap janji saya menjadi tanda tanya, antara ada dan tiada.

Sisi finansial keluarga saya, yang maju mundur, selalu membayangi kecukupan ekonomi kami. Terkadang itu yang menghalalkanuntuk membatalkan janji-janji saya dan anak-anak. Selain kebetulan faktor alam, berupa hujan dan banjir yang terjadi bersamaan. 

Namun dimensi logika harusnya, tidak begitu-kan? mereka bukan anak-anak lagi, dan itu hal yang membuat PR ini harus saya kerjakan malam ini juga.

****

Pagi membelai, embun masih segar terasa, awan tebal masih menjuntai di langit. Saya telah merasa malam ini bakal hujan lagi deh. Ya, memang harus ada Plan B untuk mengganti malam ini, jika firasat itu benar.

Saya lalu melengok ke dapur, dan bergegas melihat perkakas lama yang tersimpan rapi belum terpakai. Ada fancy grill, itu loh panci yang bisa buat bakar-bakar dan memang belum terpakai.

ilustrasi I Pexel.com
ilustrasi I Pexel.com
Lani dan Melati suka banget ayam dan ikan bakar. Kami selalu menyantap menu itu di resto yang kami singgahi jika berkumpul dengan keluarga saya dulu, ketika masih komplit bersama ayahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun