"Segera say, ni mau deket lagi kok," rayu saya membalas sms-nya, sedikit white-lying padahal jarak yang tersisa lumayan masih jauh ke rumah.
Awal tahun, dari january sampai February selalu saja menyisakan  rinai hujan, yang bakalan mengundang banjir. Dan terkadang alasan banjir-pun terbukti selalu membuyarkan rencana saya dengan anak-anak untuk kemana-mana
Mengingat itu, saya menjadi banyak "berdosa" karena saya selalu menunda saja kebersamaan bersama kedua anak saya yang kini sudah duduk di bangku SMP. Ya apalagi alasannya kalau cuman karena sibuk bekerja, klasik!
"Semoga tidak turun hujan dong," pintaku dalam hati.
Tuhkan bener, rinai hujan mulai merintik, membelai kaca mobil saya, itu pertanda hujan akan segera turun. Alamat deh, turun hujan lagi!
*
Sayup-sayup suara adzan magrib berkumandang, menyambut saya, yang baru tiba di rumah, setelah berhasil berjuang menghindari aliran banjir di jalan raya. Lekas-lekas saya masuk dan berjumpa dengan anak-anak saya di dalam rumah.
"Duh, maaf, lama, mesti muter, banjir dek," jelasku kepada mereka, sambil mengusap kepala mereka. Mereka mengangguk saja, dan membalas dengan senyum polosnya.
"Ya udah, mama, magriban dulu ya," ucapku, sambil berlalu dari mereka.
Rupanya mereka telah cantik-cantik, dan telah bersiap untuk berangkat ke mall malam ini. Rencananya malam itu, kami akan dinner bareng sambil mencari koleksi buku sekolah buat Lani, adik Melati.
Selesai sholat, saya bergegas kembali menghampiri mereka, dan terkaget melihat penampilan mereka yang tampil rapih tadi. Ehh, iya saya baru sadar, harus menepati janji saya, iya janji untuk bareng-bareng ngumpul di suatu tempat yang sudah lama tidak terlaksana.