Bicara soal ludah, yang terbayang biasanya adalah sesuatu yang menjijikkan. Tapi yang sedang ingin dijelaskan pada artikel ini adalah tentang kadar racun (toxin) pada ludah mahluk berbisa, sehingga ludah bisa berubah citranya, dari menjijikkan ke menyeramkan. Racun di dalam ludah ini terbungkus apik dalam cairan bisa (venom) yang siap disuntikkan ke dalam tubuh manusia. Maka tak lain dan tak bukan, ludah tersebut kerap disebut sebagai cairan berbisa.
Belum lama, kita telah sama-sama mendengar kabar tewasnya seorang mahasiswa IPB yang diduga tergigit oleh hewan berbisa, yakni ular.Â
Ada beberapa mahluk yang memiliki cairan berbisa dari ludahnya, yakni ular, laba-laba jenis tarantula, kelabang, dan juga yang masih belum banyak disadari orang-orang, yakni kukang Jawa (Nycticebus javanicus).Â
Meskipun tampilannya imut-imut seperti boneka, kukang Jawa ini tergolong sebagai primata berbisa, satu-satunya di dunia.
Kemudian berdasarkan penjelasan ahli toksinologi Indonesia, Dr. dr. Tri Maharani, M.Si, Sp.EM bahwa terdapat beberapa jenis kadar racun pada venom hewan-hewan tersebut, maka selanjutnya mari kita lihat bersama, jenis racun apa saja yang dimaksud.Â
Namun sebelumnya, yang perlu dipahami terlebih dulu adalah tentang produksi ludah pada setiap mahluk, baik hewan maupun manusia. Ada yang namanya parotid gland atau salah satu jenis kelenjar yang berperan penting memproduksi ludah, pada kelenjar ludah.
Pada manusia, kelenjar parotid ada sepasang (kiri dan kanan). Letaknya dilindungi oleh tulang rahang, tepatnya di depan saluran penerimaan suara pada telinga. Pada ular dan binatang berbisa lainnya (seperti yang telah disebutkan di awal tadi) kelenjar parotid tersebut termodifikasi, sehingga cairan ludah yang diproduksi mengandung unsur yang dinamakan zootoxin atau unsur racun binatang. Racun jenis zootoxin ini muncul karena ada proses sekresi pada kelenjar parotid.
Lalu di dalam zootoxin tersebut, setelah diteliti, rupanya terdapat (setidaknya) 20 jenis unsur yang berbeda-beda berdasarkan bahan pembentuknya, yaitu diantaranya protein dan polipeptida. Unsur-unsur inilah yang kemudian memberikan reaksi berbeda-beda pada tubuh, ketika masuk ke dalam darah. Ada tipe neurotoxin, haemotoxin, dendrotoxin, cardiotoxin, necrotoxin, cytotoxin, myotoxin, dan lainnya. Dan mari kita sedikit membahas jenis tipe-tipe tersebut, yang dipunyai oleh hewan-hewan berbisa.
1. Zootoxin
Sebagaimana telah dijelaskan, jenis racun ini adalah pembawa berbagai unsur protein dan polipeptida yang membentuk berbagai tipe racun.Â
Bila di dalam zootoxin ini terdapat komplit tipe-tipe racun dan tersuntik ke dalam tubuh manusia, maka kesemua tipe racun itu akan langsung memainkan perannya, merusak aktivitas hidup manusia secara cepat.Â
Oleh karenanya, hewan-hewan yang memiliki kandungan zootoxin paling komplit serta membawa banyak kadar tipe-tipe racun tersebut, hewan ini digolongkan sebagai yang paling mematikan di dunia. Dalam hal ini, adalah siput laut besar, ular laut, dan untuk di darat adalah ular taipan (Oxyuranus sp.).
2. Neurotoxin
Efek neurotoxin, baik terhadap manusia maupun hewan lainnya, adalah merusak proses transmisi pada aktivitas hidup. Contohnya transmisi ion-ion pada sendi tulang kaki.Â
Seharusnya ion-ion tersebut ditangkap oleh penerima (reseptor) antar tulang di tulang rawan. Namun karena ada neurotoxin yang tersuntik dan masuk ke dalam darah, maka proses polarisasi ion-ion penggerak tersebut, menjadi gagal dan secara tampilan fisik, orang akan seperti lumpuh.Â
Bayangkan bila neurotoxin ini tersuntik langsung di daerah sekitar kepala. Boleh jadi korbannya akan seperti penderita stroke. Inilah jenis racun yang paling banyak dimiliki dalam kadar bisa spesies ular kobra.
3. Dendrotoxin
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, dalam proses penerimaan ion-ion pada syaraf, ada banyak elemen-elemen mikro yang terlibat sebagai pendukung proses pengiriman unsur penting kebutuhan hidup.Â
Salah satu elemen pengirim itu adalah membran syaraf, yang berfungsi mempimpin pengiriman ion-ion (baik ion positif maupun negatif) untuk menggerakkan jutaan bahkan miliaran aktivitas kehidupan di dalam tubuh.Â
Dendrotoxin ini, bila masuk ke dalam darah, akan menghajar membran syaraf sampai rusak, sehingga proses pengiriman ion tersebut gagal.Â
Selanjutnya terjadilah kerusakan sistemik, yaitu gagal bergerak, gagal mengembangkan paru-paru, gagal mengirim darah ke seluruh bagian tubuh, hingga akhirnya gagal jantung. Dendrotoxin terdapat banyak pada bisa ular mamba di Afrika.
4. Cardiotoxin
Inilah mengapa ular mamba digolongkan sebagai ular darat paling mematikan di dunia kedua setelah ular taipan karena selain memiliki jumlah kadar dendrotoxin yang besar dalam kelenjar ludahnya, juga memiliki jumlah cardiotoxin yang besar.Â
Tipe racun yang sifatnya khusus bereaksi di area jantung ini, akan menempel di permukaan otot jantung. Akibatnya, terjadi kegagalan proses polarisasi pada otot jantung dan akhirnya, jantung tidak bisa mengembang kempis.Â
Bila sudah begini, maka proses pemompaan darah pun kacau dan jantung pun bocor di sana-sini. Alhasil korban gigitan ular mamba berakhir pada gagal jantung dalam waktu yang cukup singkat.
5. Myotoxin
Racun tipe ini adalah jenis mikro namun efeknya sangat membahayakan. Bila myotoxin tersuntik ke dalam darah, maka reaksinya tidak hanya gangguan enzim dan ion saja, tapi juga reaksi non enzim. Maka yang paling awal terserang oleh racun jenis ini adalah jaringan otot.Â
Mungkin bisa saja hanya menyerang jaringan otot kulit bagian luar, seperti ruam dan terjadi kehitaman yang mengering pada kulit (necrosis). Tapi bila sampai menyerang jaringan otot paru-paru, maka yang terjadi adalah kegagalan pernafasan. Myotoxin banyak dipunyai oleh bisa ular derik di kawasan benua Amerika dan kadal gurun di sana.
6. Cytotoxin
Racun jenis ini akan merusak cara kerja sel sehingga efek yang ditimbulkan adalah menghentikan kegiatan produksi unsur yang menghidupi sel tubuh. Atau bahkan lebih parah lagi, cytotoxin dapat memerintahkan sel itu sendiri untuk self destruction atau meledakkan diri.Â
Maka yang terjadi adalah munculnya lebam hitam pada kulit dan otot sehingga dalam waktu sekitar 1-2 jam, otot dan kulit akan mati dan mudah terkelupas. Mereka yang terpapar racun ini bisa sampai mengalami kulit terkelupas mendalam bahkan hingga tampak tulangnya. Ular yang cukup banyak memiliki kadar cytotoxin adalah ular tanah atau ular gibug.
7. Necrotoxin
Setiap sel tubuh pasti memiliki jaringan sel, baik yang tebal maupun yang sangat tipis. Dengan necrotoxin yang masuk ke dalam darah, maka yang terjadi adalah kerusakan prematur sel-sel tubuh.Â
Memang sel tubuh pasti akan rusak. Tapi kerusakan akan sangat cepat bila dipicu oleh necrotoxin tersebut. Bila cytotoxin mampu memerintahkan sel tubuh untuk meledakkan diri, maka necrotoxin cara kerjanya adalah mengaktivasi semua membran sel yang terintegrasi dalam sel.Â
Bila itu terjadi, seluruh program kerja di dalam sel akan berantakan karena semuanya aktif. Terjadilah pelepasan mikroprotein yang tak terkontrol sehingga sel pun rusak dalam waktu singkat. Tampilan necrotoxin dari mulai lebam, necrosis, hingga pendarahan keluar kulit. Ular tanah dan beludak, paling banyak memiliki necrotoxin. Jangan lupa juga, kukang Jawa ternyata memiliki kadar racun tipe ini pada venom di dalam mulutnya.
8. Haemotoxin
Dalam pembuatan gel atau agar-agar akan kita lihat perubahan bentuk dari cair ke padat. Begitulah pula yang terjadi pada hemolisis. Darah memiliki kemampuan mengental dan kembali encer melalui mekanisme yang telah disesuaikan tubuh.Â
Maka bila asupan makanan ke dalam tubuh terlalu banyak yang mengandung unsur pembekuan darah, maka darah akan mengental seperti orang yang menderita kolesterol tinggi.Â
Haemotoxin adalah kadar racun yang mampu mengganggu pembekuan darah, sehingga menyebabkan kolapsnya organ dan kerusakan jaringan. Hewan yang memiliki haemotoxin ini adalah hampir semua hewan berbisa. Namun pada jenis ular beludak (viper), jenis haemotoxin ini lebih banyak ditemui pada bisa mereka.
Tipe-tipe racun di atas adalah hanya beberapa dari banyak tipe racun lainnya, yang dimiliki oleh bisa hewan yang ada di Indonesia dan luar negeri. Penanganan medis untuk menetralisis tipe racun itu pun berbeda-beda cara dan jenisnya.Â
Maka waspadalah selalu dengan hewan-hewan berbisa, jangan sampai salah menangani apalagi mempermainkan mereka, karena ketidaktahuan kita atas karakter mereka. Setiap hewan, walaupun tampaknya jinak, namun tetap saja memiliki animal instict, yang tak pernah bisa kita prediksi kapan mereka akan menyerang manusia atau lari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H