Mohon tunggu...
Angiola Harry
Angiola Harry Mohon Tunggu... Freelancer - Common Profile

Seorang jurnalis biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dunia Butuh Banyak Storyteller

15 Januari 2020   12:30 Diperbarui: 19 Januari 2020   06:27 1168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu apa itu visual storytelling?

Ketika kita bisa merangkai kata-kata dan membuat kalimat yang mudah dipahami orang banyak, sejatinya kita telah berhasil menjadi seorang storyteller. Namun sebelum ke visual storytelling, kita harus memahami dulu jenis-jenis storytelling. Seiring perkembangan jaman, storytelling berkembang dalam berbagai bentuk.

Real storytelling
Biasanya, ini dilantunkan dari sudut pandang ke dua. Sudut pandang kedua adalah sebuah cerita dari orang yang melihat langsung sebuah kejadian.

Misalnya si A melihat aksi romantis si B saat merayu si C. Kemudian si A menyebut kejadian itu sebagai "Romantika BC" sehingga ketika orang mendengar cerita si A, maka orang-orang tersebut bisa menjadi pencerita sudut pandang ke tiga.

Pencerita sudut pandang ketiga, idealnya adalah mereka yang melihat reaksi si A saat melihat kejadian Romantika BC. Sehingga cerita dari sudut pandang ke tiga akan lebih kaya makna : mengetahui tentang Romantika BC tapi juga bisa menceritakan reaksi emosional si A.

Namun sudut pandang orang ke tiga ini juga bisa didapat tidak hanya dengan melihat, tapi juga mendengarkan cara bercerita si A. Apakah si A bercerita dengan nada datar, antusias, atau sambil tertawa-tawa. Pada intinya real storytelling masih berkutat di sekitar makna sebuah kejadian.

Story writing
Dan tingkatan kedua, yaitu bercerita lewat tulisan. Tingkatan kedua ini selain membutuhkan makna sebuah kejadian, juga melibatkan unsur lain yaitu media. Dan media yang dibutuhkan adalah media cetak.

Story writing bisa dilakukan melalui cerita pendek (cerpen), novel, dan jaman sekarang melalui blog website. Sudut pandangnya, bisa dari yang sudut pandang kedua dan ketiga atau cerita dari sebuah cerita.

Old visual storytelling
Tingkatan selanjutnya adalah lewat gambar. Namun gambar yang diberikan adalah gambar diam atau statis. Lantunan cerita menjadi semakin imajinatif ketika diwakili oleh gambar-gambar. 

Inilah salah satu penyebab lahirnya dengan gambar bercerita, yaitu karikatur, komik, hingga galeri foto dan essay foto. Namun untuk galeri dan essay foto, cukup sulit dilakukan melalui sudut pandang ketiga karena menemukan peristiwa langsung ibarat menemukan sekeping emas murni di pinggir jalan.

Cinematic storytelling
Seiring perkembangan teknologi, kini tulisan, komik, essay foto, bisa diwakili melalui sebuah gambar bergerak. Bisa melalui animasi dan juga melalui tayangan bercerita (sinema).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun