Mohon tunggu...
Angiola Harry
Angiola Harry Mohon Tunggu... Freelancer - Common Profile

Seorang jurnalis biasa

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Indonesia Lupakan Keajaiban di Takalar?

15 Agustus 2018   16:23 Diperbarui: 15 Agustus 2018   16:32 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia sebenarnya telah melupakan satu kejaiban dunia di bidang kelautan dan perikanan. Bisa dibilang keajaiban karena memang hal ini diklaim terjadi hanya di Indonesia saja, tepatnya di perairan Maccini Baji, Takalar, Sulawesi Selatan. 

Saat itu, pagi sekitar pukul 09.00 WITA, Profesor Jana T. Anggadiredja peneliti rumput laut dari Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Republik Indonesia sedang bersidekap di hadapan beberapa perempuan yang sedang mengikat bibt rumput laut jenis Gracilaria sp.

"Ini nanti (bibit tersebut) 40 minggu lagi, bakal tumbuh membludak nih. Bersyukurlah para petani rumput laut di sini. Di tempat lain, nggak ada yang bisa begini," ujarnya. Penasaran dengan kalimat "Di tempat lain, nggak ada yang bisa begini." maka profesor yang juga pakar dari proyek SMART-Fish United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) perlu diinterogasi lebih lanjut.

Saat disapa dan berkenalan, sang profesor membenarkan sekaligus menjawab pertanyaan perihal keunikan perairan pesisir Maccini Baji yang tak didapat di tempat lain itu. Keunikan yang terpokok adalah perairan Maccini Baji ini memiliki spora yang mampu membuat bibit rumput laut jenis Gracilaria sp. tumbuh sangat subur. Sehingga dalam waktu 40-45 hari, para petani rumput laut Gracilaria sp. dapat memproduksi hasil panen hingga mencapai 4 ton.

"Di periran Maccini Baji ini, pertumbuhan bibit rumput laut jenis Gracilaria terbantu oleh spora yang mampu tumbuh besar seiring bibitnya sendiri, sehingga saat panen, jumlahnya semakin banyak. Namun di pesisir lain, di luar perairan Maccini Baji ini, spora tidak mampu berkembang sesubur ini," ungkap Prof. Jana.

Para petani rumput laut di Maccini Baji, Desa Ujung Baji, Takalar Sulawesi Selatan, sebenarnya telah melakukan kegiatan budidaya rumput laut sejak sekitar 30 tahun silam, baik jenis Gracilaria sp. maupun Eucheuma sp., keduanya dilakukan di tambak.

aimg-995s-5b73f07943322f65e11f5716.jpg
aimg-995s-5b73f07943322f65e11f5716.jpg
Namun pada sekitar tahun 2009 Koperasi Serikat Pekerja Merdeka Indonesia (Kospermindo) bersama PT. Agarindo Bogatama mengajak para petani di kawasan Maccini Baji mencoba melakukan budidaya Gracilaria sp. di pantai. 

Cara-cara budidaya yang diterapkan pun sama dengan yang dilakukan di tambak. Namun tak dinyana, rupanya hasil panen lebih banyak dari di tambak dan kualitasnya (termasuk gel strength) lebih bagus. Dari keberhasilan itulah akhirnya tercipta jaringan bisnis rumput laut yang mutualisme antara para petani, Kospermindo, dan PT. Agarindo.

Dan memang bila dibandingkan dengan budidaya Gracilaria sp. di belahan dunia lainnya, baik di Filipina, Sri Lanka, bahkan Hawaii, hasil pertumbuhan spora ikutan tidak sesubur di perairan Maccini Baji. Potensi ini pun dikembangkan secara optimal oleh badan-badan penelitian di Indonesia.

UNIDO dan Switzerland

Pada sekitar 2013 pihak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui salah satu badan pengembangan industrinya, yakni UNIDO, ikut mencium adanya potensi yang sangat baik pada kegiatan di Maccini Baji tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun