Badai pasti berlalu. Ungkapan puitis legendaris dari Indonesia ini benar-benar merefleksikan perjalanan karir juara US Open 2024: Jannik Sinner dari Italy.
Tirai awal tahun 2024 disingkapnya dengan gemilang saat menjuarai turnamen grand slam Australia Open di Melbourne dengan mengalahkan juara bertahan Novak Djokovic (Serbia) di semifinal, dan nemesis asal Rusia: Daniil Medvedev di final. Setelah defisit 2 set, namun kemudian mampu merebut 3 set berikutnya. Australia Open 2024 adalah tropi grand slam pertama Sinner di sepanjang karir profesionalnya sebagai atlet tennis.
Selanjutnya kiprah Sinner semakin tak terbendung, berturut-turut juara Halle Open (500), Miami Open (1000) dan Cincinnati Open (1000). Namun di turnamen Indian Wells, Sinner kalah dari Carlos Alcaraz (Spanyol) di semifinal.
Di turnamen berikutnya Sinner tampil tidak seperti biasanya, sering terganggu cidera di tengah pertandingan. Misalnya saat bertanding kontra Stefanos Tsitsipas (Yunani), bahkan saat di ambang kemenangan tiba-tiba Sinner bermain sangat buruk akibat gangguan di bagian pinggang yang cukup menganggu pergerakannya. Lalu selanjutnya batal tanding melawan Felix Auger Aliassime (Canada) di Madrid Open karena persoalan yang sama.
Di France Open (Roland Garros), Sinner kalah dari Carlos Alcaraz (Spanyol) di semifinal. Sementara di Wimbledon kalah dari Daniil Medveved di perempatfinal, dan lagi-lagi akibat masalah fisik yang tidak fit. Yang juga cukup mengejutkan adalah mundurnya Sinner sebagai unggulan pertama dari ajang Olimpiade Prancis 2024.
Namun segala keanehan ini kemudian terjawab setelah Sinner menjuarai turnamen Cincinnati 2024. International Tennis Integrity Agency (ITIA) merilis pernyataan resmi bahwa Sinner gagal dalam test doping di turnamen Indian Wells bulan Maret 2024 yang lalu. Substansi terlarang: clostebol (anabolic steroid) ditemukan dalam hasil test Sinner. Dan setelah ditelusuri, zat ini berasal dari salah satu terapis Sinner yang menggunakan zat tersebut dalam kemasan semprotan untuk mempercepat penyembuhan luka di jarinya. Dan zat tersebut terkontaminasi ke Sinner melalui sentuhan dari tangan sang terapis saat memijat otot-otot Sinner saat menjalankan sesi terapi fisik.
Dan karena dosis zat yang terkontaminasi ke tubuh Sinner tersebut sangat kecil jumlahnya dan dinilai tidak terlalu mempengaruhi performa Sinner, dan juga proses masuknya zat tersebut ke dalam tubuh Sinner adalah di luar kesadaran Sinner dan pelatihnya, maka ITIA memutuskan bahwa Sinner hanya mendapat hukuman berupa hadiah uang dan point yang didapat saat mengikuti Indian Wells dianulir, namun Sinner diizinkan boleh untuk tetap ikut kompetisi.
Sontak keputusan ini memancing berbagai reaksi, termasuk dari rekan sesama atlet tennis, seperti Dennis Shapovalov (Canada), Tallon Griekspoor (Belanda), dan tak ketinggalan petenis yang sudah tidak lagi aktif namun terkenal bermulut besar: Nick Kyrgios (Australia). Mereka menilai keputusan ini tidak adil, dan menuntut seharusnya Sinner dilarang untuk bertanding selama periode tertentu seperti yang disanksikan kepada Simona Halep (Rumania) dan Maria Sharapova (Rusia) saat mengalami kasus doping di waktu yang lampau.
Sementara para petenis dari level elit seperti Rafael Nadal (Spanyol), Carlos Alcaraz (Spanyol), Roger Federer (Swiss) dan Novak Djokovic (Serbia) memilih untuk bersikap diplomatis dan menghargai keputusan ITIA.
Selama beberapa bulan terakhir, Sinner dan team dihantui ketakutan akan keputusan yang mungkin fatal terhadap karir Sinner sehubungan dengan kasus doping yang menerpa yang masih dalam proses penyidikan. Konsekuensinya bisa memungkinkan Sinner akan dilarang untuk bertanding selama jangka waktu tertentu, dan bahkan status rangking nomor 1 dunia berpotensi dicopot. Ketakutan ini mungkin yang di waktu lalu menganggu nyenyak tidur dan konsentrasi Sinner sehingga mengakibatkan permainan yang kacau di lapangan.Â
Namun setelah keputusan yang dianggap adil telah dirilis secara resmi (yang tentu saja dibarengi pro dan kontra), Sinner boleh bernafas lega dan seperti percaya diri untuk menapak jalan kembali ke performa terbaiknya.
Langkah Sinner memasuki lapangan US Open 2024 tentu saja dirundung oleh awan kelabu kasus doping. Meski banyak komentar di media sosial yang menyerang dan menghakiminya, namun di lapangan penonton tetap riuh mengelu-elukan dia.
Babak-babak awal di lalui dengan relatif mudah. Kesempatan Sinner untuk menjuarai US Open pun semakin terbuka lebar saat rival beratnya: Novak Djokovic dan Carlos Alcaraz secara mengejutkan kalah di babak ketiga dari petenis yang tidak terlalu diunggulkan. Di atas kertas, tinggal Daniil Medvedev dan Alexander Zverev (Jerman) yang mungkin bisa menyulitkan ayun langkah Sinner menapak tangga juara.
Memasuki babak ke-empat Sinner mulai berjumpa lawan yang tidak mudah: Tommy Paul (Amerika), namun bisa diatasi Sinner. Di babak perempatfinal, Sinner juga sukses membalas kekalahannya di Wimbledon 2024 dari Daniil Medveved lewat pertarungan 4 set.
Di babak semifinal Sinner berjumpa Jack Draper (Inggris) yang secara mengejutkan menyeruak dari barisan para unggulan melibas Botic van de Zandschulp (Belanda) yang sebelumnya menggulung Carlos Alcaraz di babak ketiga. Meski memenangkan pertandingan secara straight set, namun Sinner cukup mendapatkan perlawanan sengit lewat tie break di babak 1 dan 2.
Di final, Sinner diperhadapkan dengan Taylor Fritz (Amerika), petenis andalan tuan rumah tersisa yang tentu saja akan didukung oleh hampir seluruh penonton di stadion Arthur Ashe. Menghadapi Frtiz mungkin bukan sesuatu yang sulit buat Sinner, karena selain rentang peringkat yang lumayan jauh (Sinner nomor 1, Fritz nomor 12), pertemuan terakhir di tahun lalu juga dimenangkan oleh Sinner.
Sebenarnya lawan terberat Sinner di final adalah penonton yang sebagian besar mendukung Fritz. Pada saat inilah mental Sinner di uji. Beberapa kali serve yang gagal justru ditepuki dan disoraki penonton sehingga memecah konsentrasi Sinner dengan hasil sejumlah double fault.
Namun Sinner memang pribadi yang selalu mampu keluar dari tekanan. Di saat-saat genting dia bisa menemukan Solusi. Setelah unggul di set 1 dengan skor 6-3, set 2 dengan skor 6-4, Fritz berhasil menggagalkan service game Sinner sehingga unggul 5-4 dan tinggal memenangkan 1 game lagi untuk merebut set 3. Penonton pun mulai kembali riuh karena merasa mendapat asa, termasuk penyanyi Taylor Swift yang terlihat di barisan penonton VIP.
Namun di game ke-10, Sinner berhasil membalik keadaan dengan merebut game untuk menyamakan skor menjadi 5-5. Gagal menutup set ketiga sepertinya sedikit mempengaruhi performa Fritz sehingga mulai panen unforced error. Selanjutnya Sinner merebut 2 gim berikutnya dan memenangkan pertarungan dengan skor akhir 6-3, 6-4 dan 7-5 dan sukses merengkuh tropi grand slam-nya yang kedua. Di barisan player box, terlihat penyanyi Inggris: Seal, turut bersorak atas kemenangan Sinner.
Sinner pun (bersama Carlos Alcaraz) kembali diprediksi akan mendominasi turnamen-turnamen selanjutnya untuk menggantikan era The Big 3 (Roger Federer, Rafael Nadal dan Novak Djokovic) yang sebelumnya sukses mengoleksi tropi grand slam lebih dari 20.
Dan untuk tahun ini juga untuk pertama kalinya The Big 3 tidak satu pun yang menjadi juara GS seperti tahun-tahun sebelumnya. Bahkan Novak Djokovic yang setiap tahun pasti langganan juara grand slam, tahun ini harus gigit jari karena ke-empat grand slam tahun ini masing-masing direbut oleh Jannik Sinner (Australia Open & US Open) dan Carlos Alcaraz (French Open & Wimbledon).
Langit yang kelabu itu kini berarak menjauh digantikan langit biru menaungi kepala yang ditumbuhi rambut ikal warna ginger yang masih harus mempersiapkan diri untuk turnamen penting selanjutnya: Davis Cup dan ATP Final.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H