Dia juga sering membuka pelatihan untuk perempuan-perempuan yang ingin belajar bertenun secara tradisional. Torang sepertinya lebih tertarik dengan tenaga manusia daripada mesin. Karena untuk hasil karya seni, sentuhan manusia selalu lebih memberi nyawa pada kriya.
Konsentrasi dia bukan ulos sembarang ulos. Tapi ulos yang benaran ditenun pakai tangan (dan juga kaki) yang dikerjakan sedemikian rupa sehingga menghasilkan tenunan tanpa sambungan. Untuk pewarnaan, dia menggunakan pewarna alami. Selain memberdayakan SDM (M-nya manusia, bukan mesin), dia juga peduli lingkungan.
Pernah dia memadukan semat kristal Swarovski ke tenunan ulos Batak. Itu harganya jadi berapa, coba!? Yang jelas, Beyonce pasti ngiler.
Setelah ibu Sandra Niessen , kini bertambah lagi sosok yang saya percaya mampu membuat ulos Batak semakin dikenal luas bukan hanya di kalangan orang Batak saja, tetapi mungkin kelak seluruh dunia. Dan yang bikin senang, sosok itu adalah teman saya di masa kecil dulu.
Saya hanya bisa bilang bahwa apa pun karya yang dipersembahkan Torang Sitorus, yakinlah bahwa itu dikerjakan dengan cinta yang full pressed body & soul. Makanya sehelai ulos pun bisa terlihat seperti 'bernyawa', dan punya taste, nama & identitas. Karena sejak kecil, dia memang sudah terdidik & terbiasa untuk mengerjakan sebuah karya dengan kemampuan terbaiknya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI