Sisaan air pel di embar masnya cleaning servis diletakan di ujung balkon, sedangkan masnya membersihkan meja dan merapikan bangku.
Pagi yang cerah. Sudah sebatang rokok habis. Kopi sedang enak-enaknya. Suara tembakan makin nyaring.
Tidak lama setelah itu, masnya cleaning servis membuang sisaan air ke pot-pot besar di balkon. Sedikit demi sedikit sampai airnya habis.
Tadinya aku hanya fokus pada pohon di pot tersebut, apa baik-baik saja jika disiram dengan sisaan air pel yang kotor? Jika ini bukan yang pertama, berarti entah sudah berapa kali pagi pot-pot besar itu disirami sisaan air pel dan pohonnya masih tumbuh.
Lama kuperhatikan pohon-pohon itu. Lama-lama kubayangkan bagaimana nanti kalau pohon itu tumbuh besar dan tak sanggup lagi ditempatkan di pot?
Masnya cleaning servis meninggalku sendirian di sana. Masnya masuk lewat pintu samping untuk menyimpan barang-barangnya; ember, pel, dan sapu.
Tidak lama setelah itu, tidak sampai 10 menit bahkan, keluar air dari pot-pot besar itu. Hitam-kecoklatan warnanya.
Cepat juga air itu turun, pedahal tanah-tanah di pot tersebut padat.
Jika kalian berpikiran sama denganku, pantas saja sekarang banjir kerap terjadi di mana-mana. Pun, dalam bayanganku, kalau hujan sedang deras-derasnya, tidak perlu takut lagi karena, ya, memang air akan terserap dengan cepat ke tanah. Mungkin akan mengendap cukup lama sampai nanti bila terjadi musim kemarau semestinya kita tidak lagi kekurangan air.
Akan tetapi, aku baru menyadari satu hal: ternyata pot itu bagian bawahnya bolong~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H