Pagi yang cerah. Aku sedang duduk, berjemur, memejamkan mata barang sebentar dari layar laptop. Segelas kopi yang baru jadi dan sebatang rokok belum terbakar di sela jari.
Pagi yang cerah meski sedikit bising suara tembakan. Aku sedang tidak di daerah konflik, tetapi tidak jauh dari tempatku duduk, setiap hari ada saja orang latihan menembak. Awalnya terganggu karena tidak biasa, hanya saja ada satu ketakutanku: mengganggu secara psikis maupun mental.
Man... suara tembakan itu jelas sekali. I just control what i can control. For real.
Sebenarnya aku tidak sendiri di sana, ada masnya cleaning servis sedang mengepel lantai tempatku duduk-duduk itu. Sebagaimana biasa, kami hanya saling diam dengan kesibukan masing-masing: masnya beberes, aku rokoan.
Namun, tidak dengan pagi itu. Masih dengan latar suara tembakan yang makin nyaring dan sering, masnya cleaning servis membuka obrolan, "Mas, itu latihan tembakan buat berburu babi gak, sih?"
"Ah, kayak engga, Mas, itu sih mereka hanya latihan saja walau tidak tahu latihan untuk apa, ya," kataku.
"Kirain gitu buat berburu babi di hutan,"
"Kalau berburu babi di hutan gak perlu latihan, Mas, itu mah udah bawaan lahirian kita, misalnya, agar bisa bertahan hidup,"Â
"Mereka juga kalau di hutan, misalnya, terus ketemu babi sambil bawa senpi, kira-kira latihannya kepake gak, ya?"
Aku tertawa. Kopi di sebelah kiriku sudah sedikit adem, enak buat disesap. Kubakar rokok, lalu meluruskan kaki, memejamkan mata.