Gautama tampil. Masih dengan tebak-tebakan khasnya. Tebak-tebakan layaknya "jokes bapak-bapak" pada umumnya.
Kuberitahu bedanya: pada 2 penampilan sebelumnya memang Gautama tampil dengan tebak-tebakan. Akan tetapi, malam itu, Gautama justru meceritakan beragam keresahannya setelah tampil di SUCI X.
Kini tebak-tebakan bukan lagi jokes recehan. Karena penampilan Gautama di SUCI X ini yang telah mengangkat itu sehingga orang-orang (Jakarta) suka.
Jadi, banyak komika sekarang justru yang memintanya diajari tebak-tebaknya. "Belajar dulu set-up sama punchline, baru... tebak-tebakan," katanya.
Tidak ada punchline yang tidak ditangkap penonton. Semua tertawa. Bahkan sampai tantangan yang diberikan kepada peserta dimasukan sebagai materi --bukan sekadar ada!
Silang pendapat pun terjadi antara Raditya Dika dan Ernest ketika mengomentari penampilan Gautama.
Ernest masih pada sikapnya tentang tebak-tebakan dan Raditya Dika yang selalu menyukai gaya tebak-tebakan Gautama.
Pada akhirnya, tentu saja, ada di tangan Gautama: mau mengikuti komentar dan saran juri yang mana?
***
Melihat penampilan Gautama malam itu, menurutku, merupakan set-list terbaiknya pada 3 minggu pertama di SUCI X.
Tidak ada tebak-tebakan yang muncul ujug-ujug sekadar mendapat dan/atau mencari tawa penonton karena tuntutan laugh per minute (LPM) juri.