Sudah begitu kontroversi antara NBA dengan China pada Oktober 2019. Isu terbesarnya bahkan sampai ingin dihentikan. GM Houston Rockets, Daryl Morey mencuitkan dukungannya untuk kemerdekaan Hong Kong.
Respon China atas cuitan tersebut adalah menyuspen tayangan NBA. Adam Silver selaku Komisioner NBA tentu kehilangan banyak pemasukan.
Untunglah, 10 jam sebelum pertandingan ke-5 dimulai, China sudah membuka aksesnya. Konon, karena rating NBA rendah.
After a one-year suspension that began last October, China's CCTV says it will resume showing the NBA with Game 5 of the Finals tonight.--- Shams Charania (@ShamsCharania) October 9, 2020
Dan... pada akhir Januari 2020, Los Angeles Lakers kehilangan Kobe Bryant.
Itu bukan yang terakhir. NBA mesti dihentikan karena pandemi Covid-19. NBA dilanjutkan dengan beragam catatan protokol kesehatan. NBA Bubble dimulai.
Lancar? Tidak! Kekerasan rasial kembali terjadi di Kinosa, Milwaukee. Polisi melepaskan 7 kali tembakan kepada warga kulit hitam hingga tewas di tempat.
Para pemain NBA memboikot kompetisi dengan tidak melanjutkan sisa pertandingan sebelum ada keadilan.
Para petinggi NBA tidak bisa berbuat banyak selain menjanjikan kepada para pemain untuk memfasilitasi orang-orang untuk bisa dengan mudah memberi suara pada Pemilu Presiden AS 2020.
Donald Trump tentu tidak suka. Bahkan sejak NBA Bubble dimulai, ia secara terbuka menyatakan kekesalannya pada pihak NBA karena terus menentangnya. Terlebih berlutut dengan satu kaki sebagai simbol perlawanan ketika menyanyikan lagu kebangsaan sebelum pertandingan dimulai.
Itu saja? Tidak! Los Angeles Lakers mesti kehilangan semua penghargaan individual: Defensive Players dan MVP, diambil oleh Giannis. Anthony Davis dan LeBron tidak; lalu Executive President didapat Lawrence Frank dari LA Clippers.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!