Tak lama setelah itu JokPin melanjutkan kalimat aneh, karena respon perempuan itu juga aneh tiba-tiba ditanyakan hal semacam itu pada laki-laki yang tidak ia kenal.
"Sapardi titip salam," kata JokPin, pada perempuan itu.
6/
Membaca Srimenanti dengan mengikuti karya-karya JokPin, menurutku, adalah sesuatu yang menyebalkan. Kamu akan de javu pada beberapa bagian cerita pada novel tersebut.
Aku beri contoh, setidaknya ada 3 fragemn yakni (1) percakapan dengan perempuan dari puisi Sapardi; (2) hantu yang menjaili setiap malam sambil berteriak "Sakit, Jendral"; (3) pertemuan dengan Sapardi di rumahnya.
Karena ketiga hal itulah aku mesti mencari-cari lagi cerpen JokPin medio 2014-2016 ke perpus Teras Baca. Lumayan. Mereka membuat kliping cerpen dan puisi di Harian Kompas pada tahun tersebut.
Kelak akan jadi rak favorit kami: Kliping (rubrik) Sastra @hariankompas Nov '14 - Juli '16 😊 pic.twitter.com/akeQ2ssgEn— #Jilid4: MAJE (@TerasBaca) August 30, 2016
7/
Tidak ada yang lebih menyenangkan sampai akhirnya JokPin bertemu (atau dipertemukan?) dengan Srimenanti di rumah kontrakan Hanafi dan Dinda.
Bahkan ketika pertemuan itu JokPin sama sekali tidak mendramatisir. Biasa saja. Sebagaimana orang yang pernah bertemu lalu dipertemukan. Ada canggung, ada sungkan yang nanggung.
Apalagi ketika mereka berdua ditinggalkan oleh pemilik rumah yang memasak di dapur. Sepintas seperti Tao Ming Tse dengan Sanchai yang dipaksa satu kamar oleh teman-temannya. Meteor Garden 1. Ingat, kan? Tidak usah pura-pura sok muda kalian!!!
Ketika itu Srimenanti yang memulai obrolan dengan sebuah pertanyaan, "Kamu kenal penyair bernama Beni Satryo?"
"Tentu. Penyair yang juga guru Pendidikan Jasmani dan Kesunyian itu, kan?"