Seperti penonton stand-up comedy dan open mic pada umumnya, aku datang untuk menonton mereka latihan. Tidak lebih. Tidak ingin minta dihibur atau dibuat tertawa terbahak-bahak. Datang, pesan makanan dan minuman, lalu menikmati setiap komika menguji materinya. Niatku itu saja.
aing kangen pake tagar ginian: #supportyourlocaltalent. pic.twitter.com/umEaI2X7XP--- Kangmas Harry (@_HarRam) November 4, 2018
Namun, namanya niat memang kadang tidak sejalan dengan kenyataan. Berkali-kali host mempersilakan setiap komika dengan beban mental: komika selanjutnya pasti lucu atau komika ini lucu banget dan sebagainya. Aku yang menonton saja merasa terbebani, karena mesti menyiapkan kantung tertawa untuk mendengar komika dan ternyata tidak.
Oia, sekadar menggambarkan suasana Supermic, penonton yang hadir hanya aku dan (kadang) beberapa temanku saja; 2-3 orang. Sisanya, yha komika dari komunitas mereka sendiri --atau mungkin ada komika dari komunitas lain. Jadi setiap kali aku datang ke sana, tak ayal ruang audisi stand-up comedy saja. Setiap komika yang tampil berusaha membuat aku dan beberapa temanku tertawa.
ketemu. kok sepi sigh? pic.twitter.com/5qA7tKyU9O--- Kangmas Harry (@_HarRam) November 23, 2018
Dan lagi berkali-kali oleh host diminta untuk mencoba open mic. Maksudnya aku paham: bahwa open mic memang untuk siapa saja yang ingin latihan stand-up comedy, tidak mesti mereka yang sudah gabung di komunitas. Tentu aku dan beberapa temanku tidak ingin. Awalnya menolak dengan halus sampai menghiraukannya sama sekali.
Pada titik itu aku masih paham: mereka kesal karena melulu gagal membuat tertawa yang menonton. Aku juga bisa jelaskan mengapa: karena tidak lucu. Tertawa adalah sebuah respon atau reaksi atas hal yang lucu, jika tidak lucu yha tentu tidak mendapat respon apa-apa.
Namun sayang, ada yang kerap kali mereka abaikan: penonton yang masih mau memerhatikan.
Aku tahu, betapa sulit menjadi seorang komika. Tidak usah tampil membuat orang tertawa, menulis materinya saja bisa mengurungkan niat menjadi komika. Makanya, bisa memancing penonton untuk bisa fokus pada apa yang mereka sampaikan, semestinya itu sudah nilai lebih. Bukan malah menyudutkan penonton yang tidak mau tertawa.
"Menarik perhatian penonton itu dibangun, bukan diminta," begitu kira-kira pesan Bang Rifky kepada komika-komika di Bogor.
***