Kali ini aku sebagai seorang penulis yang bercita-cita tinggi. "Aku menjadi flatku, mejaku, namaku," tulisnya dalam sebuah surat korespondensinya tersebut.
***
Menjelajahi dunia, menemui banyak orang di banyak tempat, justru membuat V.S. Naipaul menulis beberapa buku catatan perjalanan. Nafasnya selalu sama: sinisme yang tidak berkesudahan tentang manusia.
Saat perjalanan ke India, misalnya, ia menulis An Area of Darkness (1964). V.S. Naipaul merasa kesal terhadap orang barat yang mencari sub-benua untuk kebangkitan spiritual. Tanah India, baginya, tak ayal tanah spiritual terbesar yang ada di dunia.
Dari sekian banyak bukunya --baik fiksi maupun catatan perjalanannya-- akhirnya ia menerima Penghargaan Nobel bidang Sastra pada 2001. Tulisan-tulisan V.S. Naipaul dianggap mampu mengubah dunia yang penuh kegelapan menjadi sebuah ketepatan.
Entah apa maksudnya.
Sebab, pasca memenangkan penghargaan, ia makin sulit diwawancarai. Sampai banyak wartawan menganggapnya kalau V.S. Naipaul membenci mereka.
Yang jelas, V.S. Naipaul selalu berupaya segala hal keputusasaan. Ia selalu menentang lewat karya-karya fiksi untuk menggambarkan realitas --sesuatu yang nyata dalam dunia modernitas seperti sekarang.
Sayang, pada 11 Agustus 2018, V.S. Naipaul meninggal. Meninggalkan kita dan segala permasalahan terhadap tempat-tempat yang ditinggali manusia. Keindahan tempat wisata, yang baginya, hanya ilusi semata.