Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membuat Catatan Perjalanan Itu Tidak Mudah!

31 Agustus 2018   16:09 Diperbarui: 31 Agustus 2018   20:01 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ambisi yang membara untuk menulis fantasi para bangsawan dan kepanikan-kepanikan sebuah kegagalan," ujar Ayahnya.

Bukan sekadar membuat pembenaran terhadap V.S Naipaul untuk mengapa ia bisa sebegitu menyebalkan dan dibenci, tapi sekaligus dikagumi. Semasa muda, V.S. Naipaul dirawat oleh kakek-neneknya yang adalah buruh. Dibesarkan sebagai seorang Hindu dan menjadi bagian terbesar dari komunitas --pengungsi dalam masyarakat perkebunan. Sejarah panjang, adat dan istiadat, juga identitas etnis itulah yang membentuk karya-karya.

Hampir di setiap karya fiksinya selalu bernafaskan ironi, tragedi dan penderitaan umat manusia.

Sampai-sampai beberapa kritikus menganggap karya-karya V.S. Naipaul adalah kejujuran yang kejam. Sesuatu yang menakutkan. V. S. Naipaul bahkan selalu dikotakan sebagai penulis yang menolak untuk menggagungkan atau mengidealkan dunia (negara-negara) berkembang.

Tulisannya mengganggu. Kritiknya keras untuk segala hal ketidakteraturan. Sempat pada sebuah wawancara V.S. Naipaul mengatakan, ketika saya membaca tulisan dan, baru satu-dua paragraf, saya tahu itu ditulis perempuan atau bukan.

"Saya pikir, (mereka --perempuan) tidak setara dengan saya. Perempuan itu sempit dan terlalu sentimental," lanjutnya kemudian.

***

Kesepian dan kesendirian, rasa-rasanya, yang membuat V.S. Naipaul begitu angkuh --jika tidak ingin menyebutnya arogan-- pada kritik maupun karya-karyanya. Bahkan satu waktu V.S. Naipaul berusaha untuk bunuh diri ketika ia telah mendapat beasiswa di Universitas Oxford.

Kesepian dan kesendirian itu yang kemudian melahirkan 3 (tiga) seri buku yang ditulis berdasarkan pengalaman masa kecilnya. Ketiga buku tersebut diterbitkan secara beruntun di kota asalnya. The Mystic Masseur (1957), The Suffrage of Elvira (1958) dan Miguel Street (1959).

Ia pergi dari satu negara ke negara lain. Dari Spanyol sampai Inggris. Namun, ketika menetap di London, V.S. Naipaul mendapat kabar duka: Ayahnya meninggal dunia.

Kesedihan itu ia gambarkan dengan sebuah surat yang kemudian diterbitkannya sendiri pada 1999: Letters Between a Father and a Son.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun