Welbz berlari mendekat. Meminta bola. Sayangnya, bola itu digiring sendiri ke tengah. Umpan satu-dua ditunjukan pemain itu dengan pemain tengah lainnya.
Welbz tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya setelah tidak dioper bola. Ia tahu, serangan itu akan mudah dipatahkan pemain bertahan Tunisia. Kalau tidak langsung dibuang keluar lapangan, bola itu akan ditendang jauh ke tengah. Kepercayaan diri Welbz meyakini, bola akan dibuang ke kiri lapangan.
Dengan lari-lari kecil, ia memperkirakan akan sejauh mana bola itu dibuang.
Baaam! Terjadi benturan. Bola liar, tapi lebih dekat ke pemain bertahan Tunisia. Bola ditendang keluar. Welbz mendapat bola itu. Meski sedikit tergelincir, ia berusaha mengendalikan bola dan tubuhnya.
Satu pemain lewat. Dua. Tiga. Pemain keempat Tunisia langsung menerjang dengan menjulurkan kaki. Welbz terjatuh. Bola masih dekat dengan kakinya.
Wasit hendak meniup pluit karena itu gerakan pelanggaran. Sialnya, bola diambil pemain Inggris lain. Wasit memutuskan permainan berlanjut. Welbz kesal, mengapa bola itu diambil. Ketika hendak mendekat garis terakhir pertahanan Tunisia, kembali gagal.
***
Welbz menghampiri barisan suporter Inggris di stadion. Pertandingan berakhir. Inggris menang atas Tunisia. Dua gol terlambat dari Inggris dicetak Welbz. Satu di antaranya dari titik putih karena ia dijatuhkan pemain belakang Tunisia. Satu lainnya dengan sundulan kepala pada tambahan waktu babak kedua.
Sayang, fans Arsenal itu tidak menyaksikan laga Inggris melawan Tunisia. Ia tertidur sesaat setelah Welbz dimainkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H