Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mukadimah Sebelum AC Milan Menjamu Arsenal

6 Maret 2018   17:40 Diperbarui: 6 Maret 2018   20:10 1176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua tim ini juga sama-sama sedang mengandalkan ujung tombaknya: Cutrone dan Aubameyang. Pemain muda disandingkan pemain matang (yang pernah disia-siakan AC Milan). Ada dua hal, paling tidak, yang menarik selain adu tajam kedua penyerang tersebut. (1) Pertarungan pemain tengah dan (2) siapa lebih disiplin dalam bertahan.

Untuk kedua hal tersebut, AC Milan unggul. Suso, Montolivo dan Bonnaventura semakin padu. Kemudian ditambah Choganoglu, atau Kessie yang menjaga kedalaman AC Milan. Ozil dan Micki tidak mungkin bisa menang melawan kelima pemain AC Milan kalau hanya berdua. Sebab, kalau nanti Xhaka dimainkan ia tak ayal pelengkap tim. Nil kontribusi.

Oleh karenanya siapa tim yang lebih disiplin dalam bertahan, akan mampu meraih kemenangan. Beruntunglah Arsenal karena barisan pertahanan AC Milan ditopang pemain seperti Bonnuci dan Donnaruma. Sebabnya, tentu saja, mereka berdua laiknya air dan api. Dua kejadian monumental adalah (1) ketika AC Milan sedang unggul 1 gol melawan tim yang sama sekali tidak pernah merasakan poin, lalu Bonnuci membuat pelanggaran yang mengakibatkan pertandingan berakhir imbang.

Dan, (2) gol ke gawang sendiri Donnaruma beberapa pekan lalu. Kiper membuat gol ke gawang sendiri apalagi kalau bukan barisan pertahanan yang meleng?

Tapi, bukan berarti Arsenal tanpa lubang dalam garis pertahanan. Mustafi dan (sekali lagi) Xhaka adalah orangnya. Itu saja. Andai nanti Wenger memainkan Elneny, maka selesai itu perkara. Bellerin, Ozil dan Micki bisa nyaman kala menyerang.

Mentalitas inilah, mungkin, yang menjadi pembeda. Bukan mental juara, tentu saja, cukup mental bermain. Mental menghabiskan 90 menit dengan baik atau memaksimalkan tanpa sedikitpun membuat kesalahan. Ini bukan stategi lagi yang berbicara, melainkan motivasi antar pemain. Sederhananya, motivasi untuk bermain di Liga Champions. Karena hanya dengan itu gengsi (pendukung) kedua tim bisa sedikit lebih jumawa. Sombong, lebih tepatnya. Sebab Wenger selalu tahu bagaimana caranya masuk Liga Champions daripada AC Milan dan para pendahulu pelatih-pelatihnya. Itu saja. Yang jelas makan siang saya menunggu setelah pertandingan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun