Sebagai satu di antara ribuan Gooner yang kecewa, saya masih percaya Wenger. Percaya seutuhnya. Tapi, percaya pada apa yang diyakini Wenger kepada Xhaka, itu namanya sesat!
"I think today you can say he is a success because he is getting stronger in every single game, and also he has a good, consistent focus," kata Wenger, satu waktu ketika membela Xhaka.
Jadi begini. Alasan mengapa Xhaka bisa berseragam Arsenal adalah Wenger gagal mendatangkan N'golo Kante ke Emirates Stadium. Saat itu Wenger kehabisan pemain tengah. Maka, muncul opsi Xhaka sebagai penggantinya. Kemudian tanpa pikir panjang dan menawar, Xhaka dibeli dengan harga 35 juta paun.
Arsenal, kata Wenger, telah melakukan hal brilian terhadap alternatif pilihannya tersebut. Hebat betul Profesor kita satu ini, bukan?
Debutnya pun cukup fenomenal: dua kartu kuning langsung ia kantongi. Debut pemain baru dengan kartu merah merupakan sejarah tersendiri. Dan Wenger, saya kira, paling tahu bagaimana membuat sejarahnya sendiri.
Barulah ketika Xhaka membuat gol pertamanya untuk Arsenal di FA Cup dari jarak yang amat jauh. Bola meluncur seperti bintang jatuh. Dan begini cara Xhaka melakukan selebrasi: ia mengangkat tinggi tangan kanannya membentuk gerakan mulut dengan jarinya dan tangan kirinya dengan jari telunjuk menutupi mulutnya.
Xhaka (seakan) ingin membuktikan kepada Gooner kalau ia bisa melakukan segalanya untuk Wenger, Arsenal, dan (terutama) kepada Gooner. Sombong!
Pasca pertandingan itu Xhaka mulai mendapat tempat. Menit bermain semakin banyak dan masuk skuat utama. Dari sanalah bermula segala kesialan Arsenal musim lalu dan musim ini. Tidak perlu disebut, saya yakin semua paham maksudnya.
***
Wenger punya kebiasaan buruk kala berhadapan dengan bursa transfer; sebelum, saat dan setelahnya. Ia selalu bingung memertahankan pemainnya dan selalu gagal mendapatkan pemain yang diinginkannya.
Benzema adalah contohnya. Berkali-kali melobi agen dan Real Madrid selalu gagal. Mau tahu hasilnya, alternatif lain yang didapat adalah Giroud. Tidak buruk, memang, tapi ini menjadi kebiasaan. Atau, Kante seperti yang tadi telah saya sebutkan. Dan masih banyak lagi tentu saja.