Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Buku Puisi

10 September 2017   15:23 Diperbarui: 10 September 2017   15:46 1338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jika itu cara terbaik, kenapa tidak?"

"Kadang tidak semua yang baik patut untuk ditiru dan lakukan."

Hujan tidak turun seperti dalam puisi. Kesedihan malah memancar terik saat itu. Kebencian nampaknya segera terbit setelahnya. Aku harap tidak secepat itu. Tapi nyatanya tidak. Kamu pergi. Punggungmu terlihat semakin jauh. Rambutmu kamu ikat cepol. Tidak ada lagi rangkulan dan aroma rambutmu. Semua hilang bersama tubuhmu di ujung jalan. Jika kesedihan adalah perempuan, mungkin kenyataan ingin sekali mengawininya. Berbahagia mereka saat ini.

***

Semalam penjaga keamanan komplekku bilang kalau sering ada orang datang malam-malam ke perpustakaan. Ketika ditanya ingin apa, jawabnya hanya mengambil sampah. Dari penjaga keamanan itu aku diberi pesan untuk tetap hati-hati, sudah sebulan ini soalnya. Aku malah heran sendiri diingatkan seperti itu. Memang apa yang ingin oranglain cari dan curi dari perpustakaan? Aku belum pernah baca di koran-koran ada pencuri buku yang dihakimi massa sampai mati.

Sejak itu aku coba beberapa malam tidur di perpustakaan. Tidak pulang walau rumah saya dekat sekali, tidak sampai 50 meter. Sekadar penasaran, apa benar ada orang yang suka datang malam-malam itu. Ini malam ketiga dan tidak ada siapa-siapa. Besok malam akan aku coba lagi.

Pukul 11.11 malam, aku ingin menyeduh kopi, di malam berikutnya. Ada suara dari luar. Aku longok dari jendela. Seorang tengah meronggoh tempat sampah di depan perpustakaan. Aku keluar menghampiri orang itu. Mumpung ada beberapa sampah yang barangkali bisa ia jual kemudian. Maklum, perpustakaan umum dianggap museum. Segala barang bekas ada di sini.

Tapi orang itu menolak. Tidak lama setelah itu ia pergi. Dalam hati, kokya sebegini gampangnya ditinggalkan. Padahal aku sekadar ingin menolong.

Kopi hitam pekat tanpa gula. Aku kembali menulis puisi. Seperti yang sudah-sudah, aku buang puisi itu setelah selesai. Aku langsung buang keluar. Dini hari yang dingin. Aku ingin tidur dengan nyenyak malam ini.

***

Dari koran minggu ini aku tahu orang-orang semakin menyukai puisinya. Dari 4 koran minggu, ada tiga yang khusus mengulas buku puisinya. Ada resensi, wawancara ekslusif, cerita-cerita pembaca buku puisi terbarunya.  Aku senang. Kemudian aku ingat kiriman buku puisi itu. Aku ambil dan membaca bagian belakangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun