Prof. Wenger, sepertinya ini waktu yang tepat untuk saya, pada akhirnya, memberitahu kau cara menyusun line-up Arsenal. Bukan. Bukan karena kekalahan yang semestinya kini kami, penggemar Arsenal, yang lambat laun akrabi. Bukan. Bukan juga ingin lancang kepada Prof. Wenger yang sudah terbukti setelah 20 tahun lamanya membawa Arsenal bisa lolos ke Liga Champions. Sekali lagi: bukan. Prof. Wenger, saya hanya geram. itu sahaja.
Begini, Prof. Wenger. Duh, bagaimana yha mesti saya mulai? Begini saja, Prof. Wenger, tak sudahkah ada yang mengingatkanmu tentang pentingnya menyusun starting eleven yang baik? Saya akan menganggapnya sudah, sebab pengalaman dan kepiawaianmu sudah tidak diragukan. Tapi, apa Prof. Wenger ingat: saya sempat mengingatkanmu musim lalu untuk hal serupa?
Dengan penuh ke-ge-er-an tingkat tinggi, saya menganggap Prof. Wenger membaca ini: tentang hal-hal yang tidak Prof. Wenger lakukan ketika Arsenal tertinggal. Harapan saya tentu hanya satu: Prof. Wenger tidak melakukan hal yang sama, yang membuat saya mesti (kembali) ingatkan.
Tapi, yha sudahlah. Itu musim lalu, berbeda dengan musim ini yang baru sahaja mulai. Itu juga baru sekali kalah. Kita tidak bisa dengan cepat menarik kesimpulan untuk musim yang panjang.
Kini Prof. Wenger punya pemain baru. Materi pemain pun semakin beragam. Kamu adalah profesor yang gemar coba-coba meski kami pada akhirnya tidak tahu maksudnya apa? Katanya, begitulah cara terbaik memahami seorang profesor. Bahkan pernah ada yang bilang "antara mulut dan otak, bagi seorang profesor, itu tidak sejalan. Keduanya saling mendahului." Jadi, saya anggap itu wajar.
Dengan formasi baru, 3-4-3, kau mulai dibanding-bandingkan dengan Conte. Siapa lebih baik dan efektif. Hasilnya sama-sama kita tahu: Chelsea juara dan Arsenal tidak lolos Liga Champions. Namun, dengan formasi baru itu, kau mulai memberi harapan baru. Seperti agama, lewat sepakbola, kau selalu menawarkan harapan, bukan?
Begini, Prof. Wenger, sebagai penggemar Arsenal --yang tentu saja arsenal rezim kau-- saya kerap mencoba menerima apa yang kau perbuat untuk Arsenal. Dari mewajarkan pemain-pemain rekrutan baru sampai pemain-pemain yang kau jual; dari formasi-formasi yang mungkin hanya kau yang paham; atau, prestasi yang kau raih. Jujur, saya ikhlas.
Menerapkan formasi baru bukanlah perkara mudah. Saya tahu itu. Pasti banyak percobaan yang dilakukan. sSpekulasi, aktualisasi dan pemain-pemain yang mesti sanggup menafsir keinginan kau. Jika boleh meminjam istilah yang digunakan Romo Sindhunata dari bukunya "Bola di Balik Bulan", dalam sebuah tim mesti ada kaisar dan penglima. Kaisar adalah orang yang bertugas menyusun, merencanakan stategi tim; sedangkan panglima adalah orang yang menerapkan apa yang telah dilakukan kaisar. Kau itu kaisar, Prof. Wenger. Sedangkan panglima itu Ozil. Setidaknya untuk saat ini, saat beberapa pemain cidera dan ngambek untuk alasan ini dan itu.
Sampai di sini kau paham, Prof. Wenger?
Baiklah, akan saya beritahu sebuah susunan pemain rahasia, yang sudah terbukti bisa mengalahkan beberapa tim di konsol gim. Yang sudah tentu menggunakan pondasi yang telah kau siapkan sekarang. Ini bukan main-main, Prof. Wenger. Susunan pemain ini tidak langsung jadi dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Sekali lagi, Prof. Wenger, agar supaya kau percaya: sudah terbukti bisa mengalahkan beberapa tim di konsol gim.
Silakeun dicermati dan ingatkeun bila saya keliru, Prof. Wenger.
Alternarif 1.
Formasi: 3-4-3. Susunan pemain: Cech; Mustafi, Meterstacker, Monreal; Elneny, Bellerin, Ozil, Lacazette; Walcott, Giroud dan Wellbeck.
Cara menyusunnya: tempatkan tiga pemain bertahan itu sejajar. Pastikan mereka tetap fokus di garis pertahana terdalam (kotak penalti) sampai terluar (separuh lapangan). Dekatkan seorang gelandang bertahan tepat di depan tiga pemain belakang sejajar. Fungsinya tentu jelas, membantu bertahan dan bisa sebagai "gelandang pengangkut air".
Gelandang bertahan ini mesti punya akurasi yang tepat. Untuk di posisi ini Elneny sudah cukup bagi saya. Namun yang terpenting, ingatkan dan mesti tidak boleh bosan, usahakan ia sedikit melakukan turnover. Sekali saja ia buat kekeliruan, nasib terburuknya adalah gol untuk lawan, yang terendah, paling ia mesti bertanggungjawab kemudian rela melakuakan profesional foul --yang sudah tentu dihadiahi kartu kuning.
Kemudian, tarik jauh kedua winger ke sisi paling sisi lapangan. Fungsinya sudah tentu menyeimbangkan antara bertahan dan menyerang. Transisi kedua winger ini dalam bertahan dan menyerang tidak boleh ada yang mengeluh lelah dan memyerah. Dalam formasi 3-4-3, sebenarnya kunci permainan ada pada kedua winger ini. Selalu ada ruang-ruang tak terisi yang bisa dimanfaatkan dengan bola-bola lambung ke daerah pertahanan lawan dan kemudian disambut oleh ketiga penyerang itu. Orang yang tepat melakukan itu: Ozil dan Bellerin.
Silakan tempatkan mereka sesuai selera, prof. wenger. Improvisasi saja. Namun, melihat dua pertandingan awal, Bellerin sama sekali tidak cocok ditempatkan di kiri. Kau pasti tahu maksudnya, Prof. Wenger.
Dan, untuk gelandang serang, Lacazette semestinya bisa mengemban tugas itu. Walau kami paham, pembelian Lacazette yang mahal itu untuk jadi penyerang murni. Target-man. Ini Liga iInggris, Prof. Wenger. Kecepatan adalah segala keniscayaan yang diagungkan. Ia (Lacazette) terlalu lamban. Nah, dari posisi ini, Lacazette bisa membantu untuk membuka ruang dan peluang. Pemecah kosentrasi pemain bertahan lawan. Untuk pemain depan, maksimalkan pemain yang ada. Wallcot di kanan, Welbeck di kiri dan Giroud sebagai akhir serangan. Pusat di mana gol-gol lahir.
Abaikan dulu bunga-bunga a la media Inggris sana yang senang melebeli pemain. Giroud bukanlah super-sub. kemampuannya berduel di udara, mengalirkan umpan-umpan pedek di daerah pertahanan lawan, hingga kekuatan tendangan kaki kirinya yang mengagumkan adalah bukti nyata. Apa kau lupa, Prof. Wenger di pertandingan melawan Lincoln saat Pala FA? Hampir saja Arsenal mengulang pertandingan ulang di Emirates Stadium karena imbang.
Giroud tampil sedari awal. Bahkan di lengan kirinya ada ban kapten. Saat waktu hampir diselesaikan wasit, Giroud membuat gol kemenangan. Setelah umpan back-heel dari Lucas Perez, bola disambar Giroud dengan keras. Arsenal menang, lolos dan akhirnya juara Piala FA. Giroud punya mental sekuat itu. Yang dilihat bukan waktu tepat ia memcetak gol, tapi lihat bagaimana Giroud memimpin dan penyelamat tim.
Sudah tentu dengan pola formasi seperti ini, kau bisa banyak memaksimalkan kelebihan setiap pemain. Ozil dengan umpan-umpan yang memanjakan penyerang. Wallcot jika ada satu (sisi) garis bisa terus mengajak berlelah pemain bertahan menjaga mereka yang bisa terus kencang berlari. Lacazette dan Giroud bisa bergiliran menusuk-masuk kotak pertahanan.
Etapi, masih ada satu catatan untukmu, Prof. Wenger. Ini juga pernah saya ingatka dulu: pinta dengan amat memohon untuk Mustafi tidak men-suplay bola ke depan. Yha, langsung ke depan tanpa perantara keempat pemain tengah. Umpan akurasinya buruk. Kika sudah melewati garis tengah lapangan, ia sering terlambat kembali menutup pertahanan sendiri. Lebih seringnya kewalahan. Percayalah pada ke-11 pemain ini, sebagaimana kami percaya padamu. Niscaya kemenangan tinggal menunggu wasit mengakhiri pertandingan.
Jika permainan tidak sesuai selera, ketiga pemain ini bisa jadi solusi untuk dimasukkan: Ramsey, Xhaka dan Chamberlain. Teruslah menyerang dan menang, Prof. Wenger.
Alternatif 2.
Formasi: 3-4-3. Susunan pemain: Cech; Holding, Mustafi, Monreal; Xhaka, Bellerin, Ozil, Kolasinac; Wallcot, Lacazette, Chamberlain.
Bentuk formasi ini masih sama dengan alternatif 1, bedanya hanya menggeser Mustafi ke tengah pertahanan. Ozil sebagai playmaker. Dan dengan dimainkannya Kolasinac, pertahanan sisi kiri bisa dipastikan aman. Baru belakangan saya perhatikan Kolasinac semasa tour pra-musim. Ia baik dalam bertahan dan cepat bila melakukan transisi penyerangan. Selain bermain ngotot, badannya yang besar-tegap itu mampu mengitidasi pemain lawan yang berduel.
Tapi sungguh, Prof. Wenger, tidak usalah coba-coba menempatkan pemain ketika kalah dari Stock City. Hanya karena bisa comeback melawan Leicester, maka formasi itu berlaku untuk siapa pun lawannya. Lain lubuk, lain derita, Prof. Wenger. Sudahi hal-hal semacam ini. Kolasinac tidak lihai dalam duel udara. Yja, gol kemenangan yang (pernah) ia buat memang lewat sundulan, tapi ia juga bermain buruk jika berhadapan dengan penyerang lawan di garis pertahanan. Sebagai wing-back kiri, ia sudah cocok. Sungguh, Prof. Wenger.
Masih, jika permainan tidak berjalan baik, kau punya banyak opsi: Giroud, Ramsey, Elneny dan Iwobi. Kau bisa masukkan Giroud dan Iwobi bersamaan. Tapi tidak menumpuk penyerang di depan, melainkan renggut bagian pertahanan lawan! Isi semua sisi ruang yang ada. Dan formasi ini bisa berubah jadi 1-3-6. Tinggalkan Mustafi di belakang sendirian. Dengan begini, paling tidak kau bisa menyamakan kedudukan.
Alternatif 3. Impian.
Formasi: 3-4-3. Susunan pemain: Cech; Mustafi, Koscielny, Monreal; Coquelin, Ozil, Bellerin, Cazorla; Sanchez, Wallcot dan Giroud.
Ini jika cidera tidak lagi menghantui pemain-pemain. Pasti ada yang jadi korban dalam formasi impian. Orang itu, Ozil. Pangeran yang siap menginterpretasikan segala format dan pola permaianan kau, Prof. Wenger. Ozil kembali ke sisi kiri sebagai winger. Lebih tepatnya, akan sering membantu bertahan, memang. Namun, bila ingin lakukan (pesona) serangan balik yang cepat, Ozil atau Cazorla bisa bergantian men-direct bola dari belakangan. Umpan yang terukur untuk penyerang yang bisa berlari cepat mengejarnya.
Bagi saya, bila Cazorla bermain saja piala juara Liga Inggris sudah di tangan, apalagi jika bermain penuh satu musim tidak diganggu cidera: piala itu akan (kembali) Arsenal angkat dan rayakan. Memang ini berlebihan. Sangat. Tapi, dengan padunya trisula Ozil-Cazorla-Sanchez, entah pemain bertahan mana mampu menahan? Ssttt... dua musim lalu ketiga pemain ini bisa mengalahkan Man. United 3-0!
Inilah formasi impian. Keseimbangan tim terjaga di tiap lini. Koscielny dan Coquelin; Ozil, Cazorla dan Sanchez; Giroud, Wallcot dan Bellerin. Kolasinac, Lacazette, Xhaka dan Elneny bisa kau mainkan untuk merotasi pemain agar supaya tidak kelelahan saat unggul.
Tentu kau boleh percaya atau tidak, Prof. Wenger. Itu hakmu! Toh, menang dan kalah, kau yang terima. Orang-orang seperti saya hanya bisa mendukungmu hingga masa kontrakmu berakhir dan/atau dipecat. Inilah bukti nyata seorang penggemar kepada tim kesenangannya. Saya sekadar menasihatimu, Prof. Wenger, bukan mengajari. Seperti halnya nasihat, tidak selamanya akan dijalankan. Sedari dulu kami tahu, kau keras kepala!
Perpustakaan Teras Baca, 21 Agustus 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H