Alternarif 1.
Formasi: 3-4-3. Susunan pemain: Cech; Mustafi, Meterstacker, Monreal; Elneny, Bellerin, Ozil, Lacazette; Walcott, Giroud dan Wellbeck.
Cara menyusunnya: tempatkan tiga pemain bertahan itu sejajar. Pastikan mereka tetap fokus di garis pertahana terdalam (kotak penalti) sampai terluar (separuh lapangan). Dekatkan seorang gelandang bertahan tepat di depan tiga pemain belakang sejajar. Fungsinya tentu jelas, membantu bertahan dan bisa sebagai "gelandang pengangkut air".
Gelandang bertahan ini mesti punya akurasi yang tepat. Untuk di posisi ini Elneny sudah cukup bagi saya. Namun yang terpenting, ingatkan dan mesti tidak boleh bosan, usahakan ia sedikit melakukan turnover. Sekali saja ia buat kekeliruan, nasib terburuknya adalah gol untuk lawan, yang terendah, paling ia mesti bertanggungjawab kemudian rela melakuakan profesional foul --yang sudah tentu dihadiahi kartu kuning.
Kemudian, tarik jauh kedua winger ke sisi paling sisi lapangan. Fungsinya sudah tentu menyeimbangkan antara bertahan dan menyerang. Transisi kedua winger ini dalam bertahan dan menyerang tidak boleh ada yang mengeluh lelah dan memyerah. Dalam formasi 3-4-3, sebenarnya kunci permainan ada pada kedua winger ini. Selalu ada ruang-ruang tak terisi yang bisa dimanfaatkan dengan bola-bola lambung ke daerah pertahanan lawan dan kemudian disambut oleh ketiga penyerang itu. Orang yang tepat melakukan itu: Ozil dan Bellerin.
Silakan tempatkan mereka sesuai selera, prof. wenger. Improvisasi saja. Namun, melihat dua pertandingan awal, Bellerin sama sekali tidak cocok ditempatkan di kiri. Kau pasti tahu maksudnya, Prof. Wenger.
Dan, untuk gelandang serang, Lacazette semestinya bisa mengemban tugas itu. Walau kami paham, pembelian Lacazette yang mahal itu untuk jadi penyerang murni. Target-man. Ini Liga iInggris, Prof. Wenger. Kecepatan adalah segala keniscayaan yang diagungkan. Ia (Lacazette) terlalu lamban. Nah, dari posisi ini, Lacazette bisa membantu untuk membuka ruang dan peluang. Pemecah kosentrasi pemain bertahan lawan. Untuk pemain depan, maksimalkan pemain yang ada. Wallcot di kanan, Welbeck di kiri dan Giroud sebagai akhir serangan. Pusat di mana gol-gol lahir.
Abaikan dulu bunga-bunga a la media Inggris sana yang senang melebeli pemain. Giroud bukanlah super-sub. kemampuannya berduel di udara, mengalirkan umpan-umpan pedek di daerah pertahanan lawan, hingga kekuatan tendangan kaki kirinya yang mengagumkan adalah bukti nyata. Apa kau lupa, Prof. Wenger di pertandingan melawan Lincoln saat Pala FA? Hampir saja Arsenal mengulang pertandingan ulang di Emirates Stadium karena imbang.
Giroud tampil sedari awal. Bahkan di lengan kirinya ada ban kapten. Saat waktu hampir diselesaikan wasit, Giroud membuat gol kemenangan. Setelah umpan back-heel dari Lucas Perez, bola disambar Giroud dengan keras. Arsenal menang, lolos dan akhirnya juara Piala FA. Giroud punya mental sekuat itu. Yang dilihat bukan waktu tepat ia memcetak gol, tapi lihat bagaimana Giroud memimpin dan penyelamat tim.
Sudah tentu dengan pola formasi seperti ini, kau bisa banyak memaksimalkan kelebihan setiap pemain. Ozil dengan umpan-umpan yang memanjakan penyerang. Wallcot jika ada satu (sisi) garis bisa terus mengajak berlelah pemain bertahan menjaga mereka yang bisa terus kencang berlari. Lacazette dan Giroud bisa bergiliran menusuk-masuk kotak pertahanan.
Etapi, masih ada satu catatan untukmu, Prof. Wenger. Ini juga pernah saya ingatka dulu: pinta dengan amat memohon untuk Mustafi tidak men-suplay bola ke depan. Yha, langsung ke depan tanpa perantara keempat pemain tengah. Umpan akurasinya buruk. Kika sudah melewati garis tengah lapangan, ia sering terlambat kembali menutup pertahanan sendiri. Lebih seringnya kewalahan. Percayalah pada ke-11 pemain ini, sebagaimana kami percaya padamu. Niscaya kemenangan tinggal menunggu wasit mengakhiri pertandingan.