Menurut Paknya Profesor Tommy F. Awwuy, hal ini cenderung berbalik ketika manusia dihadapkan dengan era digital (atuh iya, mana ada binatang paham dunia digital). Faktor menunda secara simbolik serta-merta hilang, informasi langsung "dilahap" tanpa memikirkannya terlebih dahulu.
Dan bila ini dikaitkan dengan yang terjadi pada pelawak kita ini, tanpa sekalipun ingin menyalahkan beberapa pihak, saya kira memang begitulah keadaannya sekarang. Semakin cepat informasi "dilahap", maka semakin cepat pula bereaksi.
Terlepas dari apapun motif sebuah lelucon dibuat lalu disampaikan, menjadi penting saya kira untuk menundanya terlebih dulu. Dipikirkan maksudnya, baru kemudian bereaksi.
11/
Kebetulan sekali bukan jika era kiwari dengan derasnya informasi membuat kita mudah melupakan yang ada. Isu baru mudah muncul dan menenggelamkan isu lama. Bukan untuk mengingatkan, namun alangkah baiknya sebagaimana orang bijak sering katakan: semoga ini bisa dijadikan pembelajaran. Yang lalu, biarlah berlalu.
Dalam cerita pendek Hop-Frog itu, Edgar Allan Poe malah menutupnya dengan cantik: setelah kejadian itu tidak pernah ada yang tahu ke mana Hop-Frog dan teman perempuannya. Yang jelas mereka berdua tidak pernah kembali.
Perpustakaan Teras Baca, Â 2017