Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mereka Sudah Mati dan Menunggu Kuburannya Digali

19 Maret 2017   21:27 Diperbarui: 19 Maret 2017   21:54 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Cherry Kearton, @kulturtava

Ewok pergi berlari dengan kemarahan dan ketakutan yang saling beririsan. Entah sampai kapan ia tiba dan bisa menemui Imas untuk yang terakhir kali. Napasnya terengah. Dipaksa terus jantungnya memompa darah dengan cepat. Ewok tidak ingin berhenti. Sebab berhenti, sama saja seperti merelakan sesuatu yang akan pergi. Ewok tidak ingin itu, walau akhirnya akan sama!

Lari dan terus berlari, sebagaimana tujuan itu terlihat di depan mata dan menjauh. Ewok hanya ingin berlari.

***

Ada yang mengetuk pintu kamar Imas. Ibunya. Imas tahu sudah waktunya untuk berangkat. Ditutup koper itu dengan napas yang dihembuskannya ke udara. Biar bagaimanapun semua telah usai. Imas menuju pintu kamar dengan langkah kaki yang berat. Sedikit diseret. Dibukanya pintu kamar, Ibunya sudah menunggu di sana dan meraih koper dari tangan Imas.

Satu per-satu anak tangga ia turuni. Darahnya seperti mengumpul semua di kedua kaki. Berat sekali ia angkat dan hanya membiarkannya terus hanya mengikuti gerak gravitasi.

***

Hujan tiba-tiba turun lagi. Lebih deras. Ewok terus berlari. Ia tidak peduli.

Imas sudah di mobil. Hujan kemudian tiba-tiba turun deras sekali. Mobil tetap dipacu membelah hujan. Walau dengan kecepatan yang pelan.

***

Air sudah menggenang semata kaki. Ewok dan Imas berpelukan erat sekali. Hujan tetap turun dengan deras. Airmata dan air hujan kini bertemu dan berkenalan.

Mereka berharap bisa saling melupakan. Dan sama-sama berharap dipertemukan kembali dengan kemungkinan yang tidak mungkin: mematikan perasaan yang dulu pernah tumbuh subur itu. Menunggu dijadikan mereka jawaban, atas persoalan yang belum dituliskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun