Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Yang Tidak Dilakukan Wenger Ketika Tertinggal oleh Chelsea

5 Februari 2017   02:46 Diperbarui: 6 Februari 2017   03:56 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: @MailSport

Hanya karena Ox-Chamberlain pernah bermain sangat baik sebagai gelandang (banyak kontribusinya saat menyingkirkan Soton di Piala FA), Wenger berharap itu bisa dilakukan kembali setelahnya. Sepakbola, apalagi dengan padatnya jadwal untuk tim (besar) di Liga Inggris, tidak bisa dinilai dari satu pertandingan saja. Giroud, misalnya, beberapa kali bermain baik  namun, selalu dibangku cadangkan. Entah, tapi oleh Wanger seakan menjadikan Giroud Super-sub.

Sekali lagi, sah-sah saja Wenger berkelit karena banyaknya pemain yang cidera. Atau, boleh juga Wenger berargumen kuat karena tidak ada bersama-sama anak asuhnya di sisi lapangan karena terkena sanksi dari FA. Tapi kita semua, yang menonton dari layar kaca, bisa jelas melihat betapa starting eleven yang dipilih Wenger saat kalah melawan Chelsea itu bukanlah upaya yang baik untuk bisa menang.

Sebagai orang yang selalu percaya betapa keras kepalanya Wenger, kami kecewa.

Tandem Ox-Chamberlain dengan Couqelin di sisi tengah, itu jauh lebih buruk ketimbang terus membiarkan Skondron Mustafi melulu melakukan long-pass ke depan dan gagal. Atau, menempatkan Alexis Sanchez sebagai target-man di depan. Atau begini: memainkan Iwobi sebagai penyerang sayap namun selalu buruk memberi umpan; untuk berlaripun terbilang lamban.

Keluarnya Bellerin dan Awal Mula Kekalahan

Wenger memang keras kepala. Itulah alasan kenapa tidak baik berlama-lama menjadi penguasa. Ketika gol Marcos Alonso, hanya Bellerin yang sendirian berjuang sampai akhirnya ia cidera dan digantikan.

Untuk ini saya sepakat dengan Wanger, bahwa 100% gol itu adalah pelanggaran. Tangan dari Marcos Alonso aktif dan mengenai kepala Bellerin sebelum ia menang duel di udara dan membuat Cech hanya bisa melihat bola masuk ke gawang. Sayang, jarak wasit terlampau jauh untuk melihatnya sebagai pelanggaran.

Tapi, semestinya Wenger tahu: itu terjadi pada menit ke-13. Sebelumnya sudah lebih dari dua kali sisi kanan pertahanan Arsenal dijadikan sasaran oleh para pemain sayap Chelsea; Marcos Alonso dan Hazard --yang kadang bergantian dengan Pedro. Semestinya juga Wenger paham: dengan keluarnya Bellerin itu jadi peluang besar untuk Chelsea menyerang.

Yang kemudian jadi pertanyaan: mengapa penggantinya adalah Gabriel? Bukankah cara terbaik mengejar ketertinggalan dengan terus menyerang sehingga punya peluang untuk membuat gol, Wenger? Apakah dari tempatnya duduk di tribun tidak bisa melihat ada Wellbeck atau Giroud tengah pemanasan? Apakah masih meragukan kecepatan Ox-Chamberlain, Wanger?

Maaf jika boleh sedikit cerita. Persija Jakarta dulu pernah punya pemain bernama Leonard Tupamahu, sebelumnya ia adalah penyerang, namun ketika materi pemain yang tidak memadai, akhirnya ia dijadikan pemain bertahan. Awalnya dipaksakan dan satu musim penuh itu jadi posisi andalan. Maaf, tidak baik memang membanding-bandingkan. Namun itu sebatas perumpamaan. Kalau saja Leonard Tupamahu bisa mengapa Ox-Chamberlain tidak?

Padahal jika yang kemudian masuk adalah penyerang --entah Giroud atau Wellbeck-- lalu menarik Iwobi ke posisi gelandang, itu jauh lebih menjanjikan. Dengan postur tumbuh yang tinggi, setidaknya bisa berduel dengan Matic saat itu leluasa di lapangan tengah.

Dari sanalah semua bermula. Kekalahan itu. Kekalahan yang membuat jarak Arsenal dengan Chelsea semakin jauh di klasmen sementara. Melihat tidak padunya Gabriel membantu serangan dan bola banyak diberikan pada Monreal, serangan akhirnya dialihkan ke sebelah kiri pertahanan. Monreal sering terlambat kembali bertahan karena sibuk membantu serangan.

Indahnya Gol Hazard dan Kesalahan Cech yang Sebesar Rumah

Diego Costa berhasil menang duel di udara dengan Koscielny. Bola mengarah pada Hazard. Dibawanya sendiri dengan sedikit mengelabui Koscielny yang belum siap kembali bertahan. Monreal masih di depan membantu serangan.

Hanya Coquelin yang siap merebut. Ia berlari, beradu badan, mengganggu gerak Hazard dan jatuh. Hazard bebas. Ia terus berlari. Di sini perlu saya tegaskan: Hazard bukanlah Sterling yang hanya bisa berlari menggiring bola, Hazard jauh lebih piawai. Terbukti, walau akhirnya Koscielny kembali menutup geraknya, bola digeser sedikit ke kanan dan Skodron Mustafi telat melakukan slengkatan, bola sudah terlebih dulu ditendang. Dan, masuk.

Mesti juga diperhatikan gerak Gabriel ketika itu. Tak ada sama sekali. Ia berlari tanpa sedikitpun niat membantu bertahan. Padahal kalau saja Hazard memberi operan ke Diego Costa, ia sedang tidak dalam penjagaan dari Gabriel.

Setelah ketinggalan dua gol, barulah Wenger sadar: memasukkan penyerang adalah solusi untuk mengejar defisit gol. Semula Giroud, baru Wellbeck. Walcott dan Coquelin keluar. Tidak perlu bertahan, intinya menyerang, menyerang dan menyerang. Gol adalah bonus.

Beberapa kali cukup terbukti, Wellbeck lewat sundulannya hampir membuat gol. Giroud pun demikian. Berani untuk turun ke belakang membatu pertahanan dan dua-tiga kali berhasil merebut bola dari kaki Kante dan Matic. Walau ujung-ujungnya bola itu dibuang percuma ke depan.

Namun yang perlu diberikan credit lebih kepada Conte adalah ia tidak mengubah gaya permainan meski telah unggul. Dimasukkannya Willian dan Fabregas secara bersamaan, lalu Hazard dan Pedro keluar. Keduanya punya posisi yang sama.

Yang berubah malah Cech. Ia membuat blunder, yang jika boleh meminjam pengakuan Higuita (kiper Kolombia) saat melawan Kamerun di Piala Dunia: itu sebuah kesalahan besar, kesalahan yang sebesar rumah. Jadi ketika dalam posisi membangun serangan dari belakang, Cech malah menendang bola melambung melewati Mustafi dan jatuh di kaki Fabregas. Gawang sedang tidak dalam penjagaan. Dengan akurasi yang tinggi, Fabregas melepaskan tendangan. Dan gol.

Dan Arsenal tertinggal tiga angka dari Chelsea. Dan Arsenal hanya mampu membalasnya dengan satu. Siapa lagi yang mampu membuat gol di menit akhir selain Giroud? Itu pun didapat dari umpan silang Monreal yang selalu membantu serangan. Sebagai full-back kanan, tak satu pun yang umpan yang diberikan Gabriel. Tak sekalipun.

Jika ingin melemparkan handuk, mungkin belum saatnya, Wenger. Percayalah. Masih ada 14 laga tersisa. Masih ada peringkat empat besar yang tersedia. Sebab seperti yang kita tahu, Chelsea sudah jauh di puncak sana.

Perpustakaan Teras Baca, 5 Februari 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun