Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Karena Kita adalah Thukul (yang Masih) dalam Pelariannya

23 Januari 2017   12:50 Diperbarui: 6 Oktober 2021   20:55 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah diskusi apa, mungkin tentang film-film yang lahir dari puisi? Bisa jadi. Mungkin lagi, karena Ada Apa dengan Cinta 2 baru keluar dan buku puisi Aan Mansyur untuk film itu, Tidak Ada New York Hari Ini, sedang laris-larisnya.

Dan jika ingatan saya tidak berkhianat, Istirahatlah Kata-kata sudah dapat penghargaan dari luar negeri. Saya lupa namanya. Intinya seperti itu!

Sebagai tokoh yang memerankan Wiji Thukul, Gunawan Maryanto yang juga seorang penyair ini, merasa bangga. Tidak ada kesulitan berarti dalam proses pembuatan film. Hanya berupaya untuk membuat suara cadel. Karena, itu menjadi ciri khas Wiji Thukul yang mengaksentuasikan huruf --R.

Sudah begitu, kata Gunawan Maryanto, puisi-puisi Wiji Thukul itu sangat bunyi. "Sebagai actor, puisi Wiji Thukul enak banget untuk dilantunkan," lanjutnya.

Gunawan Maryanto menduga, karena Wiji Thukul juga seorang pemain teater, akhirnya sebagai penyair ia sangat menimbang; menimbang nafas, menimbang panjang-pendek, menimbang bunyi. 

Membaca puisi Wiji Thukul, memang seperti membaca karya-karya Rendra. Sedikit banyaknya beririsan.

9/

jangan lupa, kekasihku
jika pukul lima
buruh-buruh perempuan
yang matanya letih
jalan sama-sama denganmu
berbondong-bondong
itu kawanmu, kekasihku. – jangan lupa, kekasihku

10/

Untuk yang terbiasa atau baru akan membiasakan diri dengan Jakarta (atau kota besar lainnya), rumah akan menjadi sesuatu yang asing. Bisa pulang ke rumah, barangkali, menjadi sebuah mimpi bagi sebagian orang.

Kita menjadi lebih terbiasa dengan meributkan deadline daripada saling berebut remot tivi di rumah karena selera acara berbeda. Juga lebih bisa memaklumi terjebak kemacetan daripada menunggu tukang baso lewat depan rumah karena gas belum terbeli. Apa lagi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun