Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jalan Braga, Jalan Asia-Afrika

29 Desember 2016   04:34 Diperbarui: 29 Desember 2016   04:55 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: @kulturtava

***

Imas pernah bertanya pada Ewok, sejak kapan bisa bermain gitar? Jawabnya singkat, sejak Ayahnya pergi dan menitipkannya kepada Neneknya.

***

Kembali Ewok merasakan kehilangan yang sama seperti dulu ditinggal ayahnya. Meski ia sendiri tahu bagaimana mesti bersikap, tetap saja, kehilangan meninggalkan pahit yang menyakitkan. Setiap hari, setiap selesai Ewok bermain di kedai kopi temannya, ia akan pergi ke ujung jalan Asia-Afrika. Sudah lewat tengah malam ia akan menunggu surat kabar Pikiran Rakyat datang untuk paginya didistribusikan. Halaman demi halaman ia baca dengan teliti, mencari kabar Imas yang pergi.

Malam yang dingin. Langit yang selalu murung setelah kepergian Imas. Ewok malah pernah tertidur di seberang jalan karena lelah menunggu surat kabar. Beralaskan gitar yang dijadikan bantal dan sarungnya untuk menutup lengan. Ia lupa, setiap hari besar surat kabar pun ikut libur.

***

Imas memesan kopi. Ewok memesan susu murni. Imas bercerita masa kecilnya. Ewok mendengarkannya dengan saksama. Imas bertanya banyak tentang masa lalu Ewok. Ewok menjawab tidak jauh berbeda dengan masa lalu Imas. Imas tidak pernah bosan menceritakan lukisan. Ewok selalu suka menulis lagu dari cerita Imas yang ia imajinasikan.

Imas suka lagu-lagu buatan Ewok. Ewok selalu menagih cerita-cerita surealis yang keluar dari mulut Imas. Hari ini Imas bercerita, besoknya Ewok sudah jadikan satu lagu utuh yang ia mainkan di kedai kopi temannya.

Namun hanya karena pertanyaan Imas tentang ayahnya Ewok, hari itu Ewok tidak menulis lagu. Kenangan itu hadir. Menulis bermodal ingatan, bagi Ewok, sama saja membunuh ingatan itu sendiri. Ewok tidak ingin.

***

Segerombolan pemuda sedang mabuk di jalan Braga. Dekat sebuah pub yang di dalamnya musik dengan tingkat suara yang mampu membekakkan telinga. Imas digoda dan Ewok masih bersamanya di sana. Tapi siapa peduli? Tidak ada yang orang mabuk pedulikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun