"Kau tidak masuk hitungan dan dia selalu sibuk dengan bacaannya,"
"Saya punya dua telinga yang masih berfungsi baik, percayalah."
Ewok masih memandang Imas dari tempatnya. Lalu, tak lama, Imas berdiri. Hendak pergi.
"Hey, kamu, saya masih punya 10.000 jam untuk bernyanyi di sini jika kamu mau,"
Imas merasa terpanggil dengan sapaan "hey, kamu" tadi.
Sarung gitarnya dibuka. Ewok naik kembali ke panggung kecil kedai kopi itu. Memasang beberapa colokan pada hitamnya dan mulai bernyanyi. Dan Imas tidak jadi pergi.
***
Ternyata 10.000 jam akhirnya tidak diisi dengan bernyanyi. Kadang Imas dan Ewok pergi ke suatu tempat untuk sekadar menulis lagu baru dan Imas menjadi pendengar pertamanya. Atau, kadang juga, mereka berdua mendatangi toko lukisan itu dan saling mendebat lukisan perempuan yang di kepalanya lahir ribuan kupu-kupu. Imas selalu menang, bagaimanapun, sebab Ewok sama sekali tidak paham lukisan. Tapi berkat Imas, tanpa Ewok sadari, kini ia juga suka lukisan. Mencoba suka, barangkali.
Itu adalah jam ke 9.998 saat Ewok akhirnya menyatakan sesuatu yang timbul-tenggelam dalam pikiran dan perasaannya. Imas tidak kaget, sebab itu juga yang ia rasakan. Keduanya berpegangan tangan. Saling berhadapan. Tepat di depan lukisan perempuan itu, Imas menjawab: carilah perempuan lain, aku tidak bisa menjawab dan kamu tidak dapat jawaban atas pertanyaan atau penyataanmu itu.
Imas pergi. Dengan kecewa yang ia emban sendiri. Ewok akan menunggu jawaban yang barangkali tidak pasti.
***