Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Serupa Puteri Malu

11 September 2016   14:02 Diperbarui: 11 September 2016   17:47 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pixabay.com

KEDUA ANAK PEREMPUANNYA menikah hampir di waktu yang bersamaan. Hanya diselingi satu minggu. Tepatnya: sebelas tahun lalu.

Pernikahan itu pun bukan tanpa alasan. Kedua anaknya jengah dengan perilaku ayahnya, Pak Badrun itu, yang kerap bertingkah aneh kala Ibu meninggal. Kadang selama satu minggu ia kuat tidak makan. Namun setelahnya ia akan sakit-sakitan. Kadang juga tidak pulang. Kalau ini bisa hampir satu bulan. Entah ke mana dan dengan siapa. Sama sekali tidak ada kabar beritanya. Pernah kedua anaknya mencari sembari tanya sana-sini. Yang didapati hanya jawaban kosong. Tidak jelas batang hidungnya.

Barulah ketika kedua anaknya menikah Pak Badrun sedikit berubah. Paling tidak ia jadi sering di rumah dan makannya tidak susah. Itu pun saat kedua anaknya pergi meninggalkan rumah. Pak Badrun amat menikmati kesepiannya.

Selama sebelas tahun itu kedua anaknya tidak sekalipun datang menjenguk. Atau untuk hal paling remeh sekalipun: menengoknya. Pak Badrun hanya tahu kedua anaknya telah punya anak. Masing-masing satu. Ya, bahkan cucunya saja tidak tahu kalau mereka masih punya kakek. Kata 'Kakek' seakan kata asing yang jarang mereka dengarkan di setiap obrolan dengan orang tua masing-masing.

Meraka tidak ingin tahu --atau, memberi tahu lebih tepatnya-- kalau sosok Kakeknya punya kepribadian aneh. Takut anak-anak mereka malu.

DI ATAS MEJA sudah tersaji hidangan yang amat lengkap. Nasi yang masih mengepul hangat, ayam goreng, sayur sop, tempe dan tahu goreng, sambal terasi, lalapan dan tidak lupa kerupuk. Pak Badrun sedikit bingung, siapa yang menyajikan semua itu?

Diletakkan tas berisi bunga Puteri Malu itu di pojok ruang tamu. Langkahnya pelan, menuju meja makan. Dari kamar mandi, keluar anak sulungnya, sembari menggandeng seorang bocah lelaki tanpa mengenakan celana. Sedangkan dari kamar, anak bontotnya yang baru saja memberi ASI ke anaknya. Anak itu terlelap di kamar Pak Badrun. Ketiga saling pandang.

"Ayah," kata si Sulung.

"Ayah," kata si Bontot.

Keduanya menghampiri Pak Badrun. Memeluknya erat. Anak Si Sulung ikut mendekat ke Mamaknya. "Ini Kakekmu, Nak," ujar si Sulung sembari meneteskan airmata.

Tangan Pak Badrun disentuh anak itu, cucunya, dan ada getar di tubuhnya yang kentara. Matanya terpejam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun