Kini gilirannya Daffi maju. Ia memulai MOB. Seisi gedung tertawa oleh guyonnya. Salah seorang penonton ada yang meminta Daffi menambah satu cerita lagi. Daffi menolak. Ia turun pangggung sembari mengumpat, tidak jelas apa. Namun itu berhasil membuat orang-orang tertawa puas. Saya tidak kuat lagi tertawa, perut sudah lemas.
Acara selesai sekitar pukul 4 sore. Matahari terlihat sedang bersiap ingin tenggelam. Saya pulang ke hotel, lalu tidur.
***
Hari terakhir di Jogja. Acara terakhir pula. Saya berkemas sembari check-out dari hotel. Selesai acara saya mesti buru-buru mengejar pesawat ke Jakarta.
Jogja, kali itu, lebih mirip gurun pasir. Jika siang hari panasnya terik, sedangkan malamnya akan diselimuti dingin yang gigil.
Acara hari kedua berjalan tepat waktu. Acara hari kedua jauh lebih ramai. Kursi yang disiapkan penyelenggara tidak cukup menampung. Sebagian berdiri di belakang dan sebagian dialihkan ke atas. Saya termasuk yang berdiri di belakang.
Acara dimulai dengan diskusi. Semua memerhatikan. Gedung sekejap sunyi. Sumber suara hanya dari punggung. Saya keluar untuk cari sinyal. Mengirim beberapa laporan dan sesekali menerima panggilan. Diskusi selesai dan suara musik diputar keras. Orang-orang yang sedang di luar bersama saya berlarian masuk. Saya juga. Animal Pop Dance. Sebuah grup tari yang digagas oleh Jecko Siompo. Barangkali sudah tidak asing mendengar nama itu. Mereka lumayan sering manggung di luar negeri.
Animal Pop Dance perform minus Jecko Siompo. Tapi semua antusias. Â Satu gedung disuguhi tarian kontemporer Papua. Semua orang ikut menari. Paling tidak menggerakkan satu bagian tubuhnya. Saya curiga, apa mungkin orang-orang Papua bila diputarkan lagu maka mereka otomatis menari?
Saya jaim tidak ikut menari dengan yang lain. Saya akui, saya menyesal.
Saya keluar gedung lagi karena ada yang menelepon. Animal Pop Dance selesai perform, sebagian keluar. Sebagian merapat ke meja saya. Mahasiswa Papua. Ada yang menggunakan jaket bertuliskan "ISI Jogjakarta". Ada yang memakai kemeja dari UGM. Dan yang lain tidak terbaca, hanya mereka ada lima orang.
Mereka berbincang, saya menguping. Hangat selalu bersama mereka. Selalu ada canda. Semua bisa mereka tertawakan. Sepertinya mereka tahu caranya bahagia dengan sederhana.