Akhirnya yang saya takutkan sejak dulu datang juga. Besok pagi, Peang masuk sekolah. Kelas 1 Sekolah Dasar.
Sadar atau tidak, itulah pintu masuk orang-orang dengan dunia pendidikan. Ada kontrak tidak tertulis di sana, yang mau-tidak-mau mengikat seseorang dengan sistem pendidikan. Saya takut Peang tidak sanggup mengikutinya.Â
Lebih umum, saya takut terjadi apa-apa pada hal yang mungkin bisa terjadi di kemudian hari. Sial, tak ada seorang pun yang mampu menghentikan waktu.
Setiap memasuki tahun ajaran baru, maka pada saat itu juga saya berharap ada perbaikkan. Saya percaya Pak Anies Baswedan mampu, tapi sayangnya saya tidak percaya sistem yang ada.Â
Sistem dikerjakan dan dikelola manusia, manusia tentu bisa berbuat tidak baik. Itu yang saya takuti: mereka yang secara sadar melakukannya, atau kita sering menyebutnya oknum.
Namun, baru kali rasa-rasanya kampanye dari Kemendikbud yang bagus, yang barangkali lebih "wuah" daripada memberi semangat untuk peserta Ujian Nasional: Hari Pertama Sekolah.Â
Sebuah upaya (atau mungkin gerakan) dari pemerintah supaya membuat sekolah jadi tempat menyenangkan.
Lewat kampanye ini, barangkali Kemendikbud ingin memutuskan dogma yang terus-terus menghantui para peserta didik: hari pertama sekolah itu selalu menakutkan. Tentu kami, tidak hanya saya pasti, akan mendukung penuh.
Sebab, adakah yang lebih menakutkan dari hari pertama sekolah?Â
Pemerintah, lewat Kemendikbud, menawarkan solusi untuk itu: dengan ikut mengantarnya langsung ke sekolah. Mendampingi. Ketakutan, saya kira, paling tidak butuh teman untuk sekadar menguatkan.
Saya termasuk orang yang takut di hari pertama sekolah. Khususnya, untuk masuk jenjang pendidikan baru. Dulu saya tidak diantar. Saya berangkat sendiri.Â