Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Anak STM Juga Berhak Juara

9 Juli 2015   20:19 Diperbarui: 21 September 2020   18:06 4009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai anak yang lulus dari sekolah menengah kejuruan negeri di Bogor dan kelas pilihan, saya tahu apa yang Rahmet Ababil rasakan.

Kali pertama saya bertemu Rahmet Ababil itu, seingat saya, di hari pertama audisi stand-up comedy untuk pelajar: Tarung Komika Pelajar yang diselenggarakan oleh Komunitas Stand-up Bogor dan Indosat. 

Dua atau tiga tahun lalu, mungkin. Rahmet datang bersama teman seperjuangannya, Ucup Bengsin ke SMAN 2 Cibinong. Siang-siang. Berduaan.

Waktu itu Rahmet sedang merapihkan seragamnya yang kucel karena datang ke lokasi dengan motor. Rahmet bersiap masuk ruang audisi yang di dalamnya tidak hanya juri, melainkan penonton. “Langsung dari sekolah?” tanya saya.

“Iya dari Cibubur…”

Hah!? Cukup lumayan, pikir saya. 

Hanya beberapa yang terlewat sehingga Rahmet tidak lolos audisi.

Seperti kisah heroik pada umumnya, sang tokoh utama mesti mengalami nasib sial agar terlihat dramatis pada akhir cerita. 

Rahmet tidak lolos di audisi yang pertama, tapi oleh juri ketika itu diberi kesempatan untuk tampil kembali di babak play-off untuk bisa tampil pada babak semi-final. 

Ini bukan soal perjuangan, tapi Rahmet tahu apa yang semestinya dilakukan untuk lolos. Sekadar itu. 

Materi pun seada-adanya. Intinya lolos ke babak final! Sebab itu yang saya tahu ketika Rahmet mendapat coaching clinic dari para sepuhnya Stand-up Bogor. 

Materi yang ia bawa amat datar -karena, biar bagaimanapun juga, awal mula menguji suatu materi itu lucu atau tidak, dari naskah yang akan dibawakannya. 

Beruntung sekali Rahmet diberi kemampuan lebih oleh Tuhan sebagai pencerita yang baik dan lucu. Sebab, materi yang ditulisnya itu memang biasa, jadi sangat membantunya.

Komedi lahir dari fakta, bukan dari sesuatu yang mengada-ada. Maka Tuhan punya caranya sendiri untuk bercanda, Ia selalu bersama orang-orang yang berusaha di atas rata-rata dirinya. Rahmet Ababil lolos ke final kompetisi #TKPisatBGR, bersama ketujuh lainnya.

foto: @standupindo_bgr
foto: @standupindo_bgr
Begitulah Rahmet, gayanya tak pernah berubah dari dulu sampai sekarang ia tampil di panggung semegah SUCI. 

Saya pikir, untuk bisa mendapatkan hal demikian, hanya bisa didapat dari latihan di panggung Open Mic. 

Rahmet terpilih pada peringkat kedua di Tarung Komika Pelajar. Selain mendapat beberapa uang yang cukup untuk seusianya, ia juga tampain di perhelatan sakral setiap komunitas: Stand-up Nite. 

Bersama para juara Tarung Komika Pelajar, ia pun diberi kesempatan satu panggung dengan Kemal Pahlevi.

foto: @standupindo_bgr
foto: @standupindo_bgr
Barangkali ada yang pernah mendengar mitos SUCI: bagi Komika yang sering mendapat jatah tampil menjadi penutup acara atau headliner, akan keluar jadi juara. 

Coba saja ingat Komika siapa saja yang sering menjadi headliner di SUCI 5? Rahmet! 

Ya, dia. Tapi itu baru sekadar mitos. Boleh percaya atau tidak. Seperti mitos internet masuk Ciatayem. Bagi saya itu masih mitos. Bagaimana mungkin internet bisa masuk ke suatu daerah bernama Citayem yang jauhnya di luar... logika.

Itu mitos, karena kalau mau tahu juara SUCI 5, #CariDiKompasTV!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun