Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Sebelas Haiku

14 Februari 2015   23:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:10 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1423905142382922514

ilustrasi

Murung

Pada sore yang mendung
kopi dan hujan
tak saling sapa

Mahar

Duri mawarmu
menusuk sela sepi
jari manisku

Debu

Seperti rindu;
tangis adalah debu
rekaan Tuhan

Putri Malu

Sekali sentuh
ia meringsut.
Tampak malu; yang rindu

Khayalan

Anak-anak ke lapang
dan main bola
dengan riangnya

Perempuan di Warung Kopi

"Silakan masuk, Maut."
Ia duduk
dan pesan kopi

Tidurlah yang Lelap Cinta

Malam makin larut, Cin
matamu bengkak
langitpun lebam

Haus

Tenggorokannya kering
seperti gurun.
Inilah akhir bulan

Mimpi Semalam

Sebelas burung hinggap
membawa surat
juga ingatan

Kotak Memori

Kenanglah saya
bagai ciuman
yang pertama kau beri

Dongeng

Dulu sekali
Kunang-kunang dan
kenangan itu kawan

Perpustakaan Teras Baca, 14 Februari 2015

*) Catatan kaki: Haiku adalah perenungan batin para penyair Zen di Jepang pada abad 17. Formatnya yang populer: tiga baris, dalam hitungan 5, 7 , 5 suku kata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun