Murung
Pada sore yang mendung
kopi dan hujan
tak saling sapa
Mahar
Duri mawarmu
menusuk sela sepi
jari manisku
Debu
Seperti rindu;
tangis adalah debu
rekaan Tuhan
Putri Malu
Sekali sentuh
ia meringsut.
Tampak malu; yang rindu
Khayalan
Anak-anak ke lapang
dan main bola
dengan riangnya
Perempuan di Warung Kopi
"Silakan masuk, Maut."
Ia duduk
dan pesan kopi
Tidurlah yang Lelap Cinta
Malam makin larut, Cin
matamu bengkak
langitpun lebam
Haus
Tenggorokannya kering
seperti gurun.
Inilah akhir bulan
Mimpi Semalam
Sebelas burung hinggap
membawa surat
juga ingatan
Kotak Memori
Kenanglah saya
bagai ciuman
yang pertama kau beri
Dongeng
Dulu sekali
Kunang-kunang dan
kenangan itu kawan
Perpustakaan Teras Baca, 14 Februari 2015
*) Catatan kaki: Haiku adalah perenungan batin para penyair Zen di Jepang pada abad 17. Formatnya yang populer: tiga baris, dalam hitungan 5, 7 , 5 suku kata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H