Mohon tunggu...
harry
harry Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Neverdone, Jurus Membangun Rumah Ecek-ecek dan Tetap Laku Dijual

25 Juli 2017   10:01 Diperbarui: 25 Juli 2017   17:45 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Halo, sobat mrongken (mrongos kenceng) sekalian. Apakah kalian semua ingin kaya? Tentunya ingin, kan? Bagaimana jika saya bagikan tips sesat cepat kaya lewat bisnis properti. Iya, bisnis properti.

Ah, ayo ikut saja. Anda tidak perlu khawatir. Modalnya kecil kok. Anda cukup tahu saja serial jurus Neverdone (Ajian Ora Tuntas) berikut:

Pertama, Anda harus membangun proyek pertama dengan sungguh-sungguh. Serius, saudara-saudara. Proyek pertama harus detail. Baik sebaik-baiknya karena ini akan menjadi sarana untuk memperkenalkan bahwa Anda dapat membangun perumahan dengan kualitas yang baik. Bukti otentik dan kuat.

Untuk proyek kedua dan berikutnya tidak perlu Anda kerjakan dengan baik. Ringkas saja semuanya. Pondasi yang di gambar seharusnya satu meter, cukup Anda bangun 20 sentimeter.

Lho, apa tidak bahaya? Ah, customer itu tahu apa sih... Beri tahu mereka bahwa di perumahan itu bangunan satu nempel dengan bangunan yang lain. Namanya bangunan couple. Couple itu pasangan. Wes, ndak usah baper-baper ndeso, ini ngomongin pasangan bangunan.

Bangunan couple ini sudah kuat karena saling nempel. Dinding kanan kirinya sudah kuat karena menempel dengan rumah yang lain.

Lho, lalu dinding depan, tengah rumah, dan dinding belakang? Anda tidak perlu khawatir. Jawab saja, rumah couple yang kuat kanan kiri, tentu sudah kuat dinding depan belakangnya soalnya terjepit dari kanan kiri.

Kalau perlu, buat sebuah kubus dari karton. Kemudian Anda jepit dengan kedua telapak tangan di depan dada seperti posisi orang bersemedi atau mau mengeluarkan ajian itu lho. Lalu minta customer Anda untuk menarik kubus tersebut.

"Bagaimana, Pak, sulit tidak mengambil kubus yang sudah saya jepit dengan kedua telapak tangan saya?"

"Tentu sulit, kan, Pak, Bu?"

Pasti jawabannya akan begini, "Oh, iya, Mas, ternyata sulit."

Begitu caranya membangun logika rumah couple. Mereka tidak butuh detail kok. Cukup dengan logika seperlunya. Namanya juga mereka tidak tahu cara bangun rumah.

Kedua, marketingnya harus heboh!!! Anda harus berani keluar janji-janji yang maha ultra super menggiurkan. Tetap harus logis sih. Harga di bawah 100 juta, cicilan 144 x tanpa bunga, DP 0%, plus Undian Roll Royce Silver Ghost. Itu contoh iseng saja lho. Anda harus hitung ulang lagi.

Orang itu kan membeli rumah dengan perhitungan biaya yang akan mereka keluarkan sendiri jika membangun rumah. Mereka itu buta dengan margin keuntungan 100%  yang hendak Anda ambil.

Jadi Anda harus membangun citra bahwa seolah-olah harga rumah itu logis untuk pembangunan rumah dengan biaya sendiri. Yakinkan bahwa dengan harga rendah Anda sudah untung sangat minimal. Ini adalah prinsip agar Anda tampak "murah hati". Ingat, jika Anda tampak sebagai seorang "giver" atau orang yang suka memberi, akan makin mudah mengambil perhatian, mengambil untung, bahkan tanpa mereka (customer) sadari. Ini sudah hukum alam, seorang pemberi selalu disayangi sejak jaman sebelum masehi.

Ketiga, begitu sudah deal, langsung secepatnya pasang pondasi. Pondasi sudah pasang, customer  sungkan protes untuk uang DP kembali. Ini yang harus sedikit hati-hati dan lincah dilakukan. Karena sekarang ini banyak pengembang nakal yang kurang cerdik.

Pengembang "nakal biasa" menanam pondasi 20 cm di siang bolong. Di saat customer-nya bisa melihat pembangunan pondasi itu. Bahkan, biasanya customer sudah protes, tapi tetap dibangun saja pondasi 20 cm. Inilah kegoblokan pengembang "nakal biasa". Mereka bertingkah mempersulit customer saja dengan melempar kesalahan-kesalahan ini ke kontraktor.

Pengembang "nakal biasa" tidak sadar kalo mereka bisa disomasi bahkan dibawa ke pengadilan hanya karena urusan kecil begini. Kalaupun tidak, citranya jadi bopeng, jadi bahan omongan dimana-mana bahwa pengembang itu Faqassubangetti kalo istilah Italia-nya. Dilihat dari kegoblokannya sih, saya curiga mereka ini bukan mantan siswa teladan dalam dunia percontekan.

Jurus Neverdone  alias Ajian Ora Tuntas jelas berbeda!!!

Anda harus bayar ekstra untuk para kontraktor agar mereka menggali tanah dan memasang pondasi pada saat malam hari. Iya, malam hari. Customer bodoh mana sih yang akan menengok pembuatan rumah di malam hari? Tidak ada.

Apalagi jika Anda sudah menerapkan "beli tanah samping kuburan". Pasti tidak berani lah para customer ini datang malam-malam ke samping kuburan untuk menengok pembangun rumahnya.

Lho, pegawainya apa tidak takut? Hahaha... Tukang-tukang itu sudah sangat keras menjalani hidup. Mereka saja sudah terima-terima saja kok. Emang mau kerja dimana tukang-tukang itu? Wong ya mereka butuh duit kok.

Oh, iya, agar lebih bisa menekan tukang-tukang ini. Buatlah proyek Anda saat bukan musim kerjaan di sawah. Biasanya mereka petani atau buruh tani juga. Anda harus tekan mereka agar mereka hanya punya satu opsi: mengerjakan pekerjaan dari Anda.

Wah, bisa lebih murah lagi itu...

Keempat, buat perjanjian yang tidak mendetail. Dalam perjanjian intinya Anda cukup menjanjikan akan membangun rumah. Tidak perlu lah sedetail di brosur. Apalagi sedetail di gambar bangunan. Dengan perjanjian minimalis ini Anda akan selalu lebih mudah berkelit apabila terjadi wanprestasi. Perjanjian minimalis menjamin Anda selalu berprestasi. Wong prestasinya cukup bangun rumah kok. Mau tak bangunkan rumah gedhek juga itu kan sudah rumah, bossku...

Kelima, selalu lempar komplain customer ke kontraktor dan perlama tindak lanjut. Pesankan pada kontraktor Anda bahwa Anda hendak membangun rumah kualitas ecek-ecek saja. Ini penting untuk mengukur tingkat komplain yang hendak Anda hadapi.

Katakan Anda membangun 25 rumah. Ternyata hanya ada dua orang saja yang komplain karena besi rangkanya Anda perkecil atau pondasinya ketahuan dangkal. Anda sudah dapat poin penting lagi: mayoritas orang itu jarang komplain. Tentu saja tetap tindak lanjuti komplain di atas. Tapi diperlama....perlama

Ingat movitasi berbanding terbaik dengan waktu!! Semakin lama Anda layani komplainnya, semakin turun motivasi mereka untuk komplain. Kalau Anda cepat-cepat menangani komplain, akan makin cepat datang komplain yang lain karena customer ini merasa mereka cepat direspon. Jadi mereka kecanduan respon yang baik dan cepat.

Dengan memberikan respon yang lambat. Mereka akan jadi malas komplain-komplain lagi. Modaro  kowe customer goblok!

Keenam, jika Anda belum benar-benar menjadi psikopat subklinis yang unggul. Masih setengah-setengah dalam mempraktekkan jurus Neverdone ini sehingga Anda masih merasa berdosa, jurus Neverdone juga memberikan Anda terapi memperkuat mental!

Ketahuilah!!! Bahwa di dunia ini segala sesuatu dikerjakan dengan tidak tuntas oleh manusia! TIDAK TUNTAS!! INGAT!! TIDAK TUNTAS!!! Semua kerajaan gugur membangun ketuntasan dalam kejayaannya. Semua kasus kejahatan hebat seperti pembantaian 1965 juga tidak pernah tuntas. Hambalang saja mangkrak. Inilah prinsip jurus Neverdone. Segala karya manusia adalah tidak tuntas. Yang membuat mereka merasa tuntas adalah mereka sudah melupakan hal itu. Hehe...

Memang sih, ada orang-orang tertentu yang yang mempunyai kebutuhan ketuntasan kognitif. Kalo Anda mantan siswa, mahasiswa cerdas, atau dididik melayani dengan service excellence biasanya Anda juga punya kebutuhan akan hal ini.

Tapi begini lho. Yang namanya "kebutuhan akan ketuntasan kognitif" itu berbahaya karena menjebak Anda untuk tuntas menyelesaikan suatu pekerjaan tapi tidak tercapai goal yang sesungguhnya.

Goalasli Anda sekolah, kuliah, kerja keras itu apa to? Golek duit, Mas e... cari duit, bukan nilai rapor atau IPK.

Kalo kamu tidak memakai jurus Neverdone, kamu akan terjebak jadi budak prestasi semu sementara kehilangan goal aslimu.

Masih ragu-ragu? Mikirin dosa? Karma? Hambok tahu diri... Emangnya situ filsuf yang kebanyakan tugas mikir. Sudahlah... Tidak usah kebanyakan mikir. Awas stroke, jadi pasien saraf kamu.

Rileks saja BosQuee!!! Ajak anak istrimu untuk membantu orang-orang tidak punya di sekitar kota yang kamu bangun. Beri mereka makan sore bersama sekali, belikan baju satu stel untuk masing-masing, beri beras. Jangan uang. Pemberian lebih mahal dari uang nilai persepsinya.

Meriahkan acaranya, foto-foto.

Sambil naik mobil pulang ke rumah, tanyakan ke anakmu, "Dik, Bapak sudah mirip Robin Hood, belum?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun