Mohon tunggu...
harry
harry Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Neverdone, Jurus Membangun Rumah Ecek-ecek dan Tetap Laku Dijual

25 Juli 2017   10:01 Diperbarui: 25 Juli 2017   17:45 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu caranya membangun logika rumah couple. Mereka tidak butuh detail kok. Cukup dengan logika seperlunya. Namanya juga mereka tidak tahu cara bangun rumah.

Kedua, marketingnya harus heboh!!! Anda harus berani keluar janji-janji yang maha ultra super menggiurkan. Tetap harus logis sih. Harga di bawah 100 juta, cicilan 144 x tanpa bunga, DP 0%, plus Undian Roll Royce Silver Ghost. Itu contoh iseng saja lho. Anda harus hitung ulang lagi.

Orang itu kan membeli rumah dengan perhitungan biaya yang akan mereka keluarkan sendiri jika membangun rumah. Mereka itu buta dengan margin keuntungan 100%  yang hendak Anda ambil.

Jadi Anda harus membangun citra bahwa seolah-olah harga rumah itu logis untuk pembangunan rumah dengan biaya sendiri. Yakinkan bahwa dengan harga rendah Anda sudah untung sangat minimal. Ini adalah prinsip agar Anda tampak "murah hati". Ingat, jika Anda tampak sebagai seorang "giver" atau orang yang suka memberi, akan makin mudah mengambil perhatian, mengambil untung, bahkan tanpa mereka (customer) sadari. Ini sudah hukum alam, seorang pemberi selalu disayangi sejak jaman sebelum masehi.

Ketiga, begitu sudah deal, langsung secepatnya pasang pondasi. Pondasi sudah pasang, customer  sungkan protes untuk uang DP kembali. Ini yang harus sedikit hati-hati dan lincah dilakukan. Karena sekarang ini banyak pengembang nakal yang kurang cerdik.

Pengembang "nakal biasa" menanam pondasi 20 cm di siang bolong. Di saat customer-nya bisa melihat pembangunan pondasi itu. Bahkan, biasanya customer sudah protes, tapi tetap dibangun saja pondasi 20 cm. Inilah kegoblokan pengembang "nakal biasa". Mereka bertingkah mempersulit customer saja dengan melempar kesalahan-kesalahan ini ke kontraktor.

Pengembang "nakal biasa" tidak sadar kalo mereka bisa disomasi bahkan dibawa ke pengadilan hanya karena urusan kecil begini. Kalaupun tidak, citranya jadi bopeng, jadi bahan omongan dimana-mana bahwa pengembang itu Faqassubangetti kalo istilah Italia-nya. Dilihat dari kegoblokannya sih, saya curiga mereka ini bukan mantan siswa teladan dalam dunia percontekan.

Jurus Neverdone  alias Ajian Ora Tuntas jelas berbeda!!!

Anda harus bayar ekstra untuk para kontraktor agar mereka menggali tanah dan memasang pondasi pada saat malam hari. Iya, malam hari. Customer bodoh mana sih yang akan menengok pembuatan rumah di malam hari? Tidak ada.

Apalagi jika Anda sudah menerapkan "beli tanah samping kuburan". Pasti tidak berani lah para customer ini datang malam-malam ke samping kuburan untuk menengok pembangun rumahnya.

Lho, pegawainya apa tidak takut? Hahaha... Tukang-tukang itu sudah sangat keras menjalani hidup. Mereka saja sudah terima-terima saja kok. Emang mau kerja dimana tukang-tukang itu? Wong ya mereka butuh duit kok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun