Mohon tunggu...
Harry Hikmat
Harry Hikmat Mohon Tunggu... Dosen - Pengamat Masalah Sosial

Menulis karya ilmiah berbasis pengalaman terbaik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perempuan Terperangkap Kemiskinan

29 Agustus 2024   08:26 Diperbarui: 31 Agustus 2024   07:39 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi) KOMPAS.com

Faktor-faktor perempuan terperangkap kemiskinan

Perempuan sering kali terperangkap kemiskinan lebih dalam dan lebih lama dibandingkan dengan laki-laki, karena mereka menghadapi hambatan yang bersifat struktural, sosial, budaya dan ekonomi yang lebih kompleks. Fenomena ini dikenal sebagai feminisasi kemiskinan, di mana perempuan lebih rentan terhadap kemiskinan dan dampaknya.

Pentingnya gender untuk memahami kemiskinan pertama kali dicatat oleh Diana Pearce (1978) yang menciptakan istilah 'feminisasi kemiskinan', fenomena di mana perempuan memiliki insiden kemiskinan yang lebih tinggi daripada laki-laki, dan kemiskinan mereka lebih parah.

Bagi perempuan, kemiskinan yang dialami lebih dari sebatas ketertinggalan ekonomi, dan situasi buruk yang disebabkan karena seseorang berjenis kelamin perempuan telah memperparah kualitas hidupnya sebagai masyarakat yang termasuk dalam golongan rakyat miskin.

Faktor-faktor yang memperburuk kemiskinan pada perempuan antara lain: ketidaksetaraan gender dalam akses pendidikan dan peluang kerja, beban ganda dan tanggung jawab domestik, diskriminasi gender dalam hukum dan kebijakan, keterbatasan akses ke layanan kesehatan dan reproduksi, kekerasan berbasis gender dan kerentanan ekonomi dalam keluarga kepala keluarga perempuan

Ketidaksetaraan gender dalam akses pendidikan dan peluang kerja seperti keterbatasan akses terbatas ke pendidikan, perempuan, terutama di negara berkembang, sering kali memiliki akses terbatas ke pendidikan. ketika mereka tidak memiliki pendidikan yang memadai, peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan berpenghasilan tinggi sangat terbatas.

Selain itu, pekerjaan tidak formal dan berupah rendah, perempuan lebih sering bekerja di sektor informal yang tidak memiliki perlindungan sosial, seperti upah minimum, asuransi kesehatan, atau pensiun. pekerjaan ini cenderung berupah rendah dan tidak stabil.

Beban ganda dan tanggung jawab domestik, seperti banyak perempuan harus menjalankan peran ganda sebagai pencari nafkah dan pengurus keluarga. Tanggung jawab ini membatasi waktu dan energi mereka untuk mencari pekerjaan yang lebih baik atau melanjutkan pendidikan. Tanggung jawab dalam pengasuhan anak dan lansia juga membuat perempuan sering kali menjadi pengasuh utama untuk anak-anak dan orang tua yang sudah lanjut usia, yang mempersempit peluang mereka untuk bekerja atau mendapatkan penghasilan tambahan.

Kerentanan ekonomi dalam keluarga kepala keluarga perempuan, terutama keluarga yang dipimpin oleh perempuan (yang tidak memiliki pasangan), cenderung lebih miskin karena mereka hanya mengandalkan satu sumber pendapatan. ini sering kali terjadi pada janda, perempuan yang bercerai, atau perempuan yang ditinggalkan oleh pasangannya.

Kurangnya dukungan sosial menjadikan keluarga yang dipimpin oleh perempuan sering kali menerima dukungan sosial yang lebih sedikit dibandingkan dengan keluarga yang dipimpin oleh laki-laki, yang memperburuk kondisi kemiskinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun