Selama ini, mural atau gravity bisa dibilang memiliki dua sisi yang berbeda dalam pandangan masyarakat. Ada yang menilai bahwa kegiatan tersebut sangat meresahkan karena hanya mengotori fasilitas umum.Â
Namun ada juga yang menggemari kesenian tersebut. Kedua pandangan itu sebenarnya tergantung pada tujuan dan manfaat yang bisa diberikan dari aktivitas "coret-coret" menggunakan piloks ini.
Nah, lalu bagaimana jadinya jika mural digunakan sebagai media promosi kesehatan di puskesmas?Â
Gabungan antara kedua hal ini nampaknya bisa menjadi senjata yang sangat menarik guna mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Saat sedang dalam kunjungan ke wilayah Puskesmas Panite, Kecamatan Amanuban Selatan, saya menemui pemandangan yang lumayan menarik di tempat tersebut.Â
Tak seperti puskesmas lainnya yang terkesan polos, tembok puskesmas yang terdapat di Kabupaten Timor Tengah Selatan tersebut dipenuhi oleh gambar-gambar yang menarik.
Gambar-gambar yang dikemas seperti komik itu banyak menunjukkan pesan-pesan kesehatan untuk mencegah stunting, sanitasi lingkungan, dan informasi kesehatan lainnya.Â
Dibuat dengan berbagai macam warna yang cerah, membuat mata setiap pengunjung puskesmas otomatis akan langsung terpanggil untuk menatapnya.Â
Rasa penasaran tersebut pun dengan cepat berubah menjadi perhatian khusus pada gambar dan tulisan yang ada di tembok.
Di balik mural yang terdapat di tembok-tembok itu, ada sosok kreatif yakni Ria Kefi yang adalah tenaga promosi kesehatan yang sudah beberapa tahun ini mengabdi di wilayah kerja Puskesmas Panite.Â
Ria mengaku bahwa kreativitas tersebut berawal keresahannya pada tembok puskesmas yang kelihatan polos.Â
Dia pun lalu bekerja sama dengan para pelaku seni mural di Kota Soe untuk merealisasikan ide yang ada di kepalanya.
"Saya buat konsepnya, lalu minta orang yang bisa untuk menggambarnya. Biasanya orang-orang yang datang berkunjung di puskesmas sering foto-foto di gambar-gambar itu," kisahnya.
Mendegar hal itu, saya pun mengingat, Profesor Winslow pernah mengungkapkan bahwa kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni. Jadi, ilmu dan seni haruslah bersinergi dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dari semua masyarakat.
Tanpa ilmu, seni yang dibuat tak akan bermanfaat. Tanpa seni, ilmu yang disampaikan tak bisa sampai ke hati masyarakat.Â
Karena itu, keduanya harus berjalan berdampingan. Itulah yang mulai diterapkan oleh Ria Kefi dan tenaga kesehatan di puskesmas Panite.
"Gambar-gambar itu sengaja ditaruh di tempat yang sering dilewati pengunjung. Tujuannya supaya mereka bisa tertarik dan lihat-lihat," tambahnya.
Tujuan promosi kesehatan adalah mengubah dan membentuk perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik. Sebelum mengubah perilaku, yang perlu diintervensi terlebih dahulu adalah pengetahuan dan sikap mereka. Hal-hal itu hanya bisa disentuh melalui perasaan dan keindahan.Â
Alasannya karena jika pesan-pesan kesehatan terus disampaikan dengan cara yang kuno atau terlalu ilmiah, masyarakat akan merasa bosan dan menganggap ilmu tersebut sangat sulit untuk dipahami, apalagi diterapkan.
Mural atau gravity adalah salah satu tren kekinian yang bisa bermanfaat ketika dimanfaatkan dengan baik.Â
Dengan menyampaikan pesan kesehatan menggunakan media ini, anak-anak hingga orang tua akan mulai tertarik untuk melihat, membaca, serta menganggap pesan tersebut dekat dengan mereka.Â
Dengan catatan, perhatikan juga alasan, tujuan, serta kecocokan penempatannya.
Informasi kesehatan yang rumit, akan lebih mudah dipahami jika cara pengemasannya dibuat secara kreatif.Â
Jika setiap hari masyarakat terpapar dengan informasi yang dikemas secara menarik, pesan tersebut akan dengan mudah berubah menjadi pengetahuan, komitmen, hingga perilaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H