Beberapa hari ini, pelaksanaan vaksinasi Covid-19 membuat banyak pihak mengelus dada, termasuk di daerah tempat tinggal saya, Kota Kupang. Penyebabnya karena antusiasme warga yang sangat besar, namun tidak sebanding dengan jumlah dosis vaksin yang tersedia. Akibatnya terjadi kerumunan yang sangat luar biasa dalam proses pelaksanannya.
Dari yang saya perhatikan, terdapat dua tipe orang penerima vaksin di sekitar saya. Tipe ini terbagi berdasarkan alasan warga mau menerima vaksin. Yang pertama, orang ingin menerima vaksin karena mau aman dari ancaman Covid-19. Yang kedua, orang mau menerima vaksin karena takut hidupnya dipersulit.
Seperti yang kita ketahui, pelaksanaan vaksin sebenarnya sudah dilaksanakan sejak awal tahun ini. Para pahlawan di tengah pandemi atau tenaga kesehatan, aparatur hukum, petugas pelayanan publik, dan pekerja dari sektor sejenisnya tentu saja didahulukan dalam pelaksanaan ini.
Setelah semua pihak itu telah mendapat giliran, pemberian vaksin Covid-19 mulai diberikan kepada masyarakat secara umum. Kendati demikian, proses pemberian vaksin yang dilakukan oleh pemerintah dan para petugas nampaknya tidak berjalan mudah.
Di awal pelaksanaannya, bahkan hingga saat ini, target 1 juta vaksinasi per hari cukup sulit tercapai. Penyebabnya karena banyak di antara masyarakat yang sepertinya masih kurang tertarik untuk memberi diri divaksin.
Jika ditanya, ada yang beralasan takut terhadap efek vaksin. Ada pula yang masih belum mempercayai tentang Covid-19 atau pihak fasilitas kesehatan. Banyak juga orang yang terlanjur terpengaruh dengan berita-berita miring atau hoax tentang vaksin yang beredar. Alhasil pemerintah dan para petugas yang mengurusi perihal vaksin sepertinya hampir habis akal dalam mengajak masyarakat mengikuti proses ini.
Kendati demikian, pelaksanaan vaksin ini tetap dapat berjalan juga. Ternyata sudah banyak masyarakat yang lebih sadar tentang kegunaan vaksin. Orang-orang ini mau berinisiatif tanpa paksaan karena mau memiliki ketahanan yang lebih baik dari ancaman virus Corona. Selain itu, terdapat juga orang-orang yang memang wajib divaksin berkenaan dengan tugas mereka yang penting.
Kerja sama baik inilah yang membuat pelaksanaan vaksinasi terbilang cukup tertata, aman, dan terkendali. Meski begitu, tetap saja target vaksinasi yang dicanangkan belum tercapai sehingga bisa membuat kita semua makin lama keluar dari masa pandemi ini.
Target penerima vaksin yang belum tercapai, ditambah dengan masih meningkatnya jumlah kasus dan kematian, membuat pengatur kebijakan mengambil langkah tambahan. Langkah yang akan membuat masyarakat lebih "penurut" meski sepertinya terpaksa.
Hal ini dapat kita lihat dari dicetuskannya aturan pemberian sanksi bagi orang-orang yang menolak untuk divaksin. Dari beberapa mulut warga, saya mendengar sanksi-sanksi yang ditakuti mereka seperti tidak akan mendapatkan bantuan sosial, tidak bisa bepergian jauh, dikenai denda, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, urusan administrasi warga atau urusan hidup mereka akan menjadi sangat sulit jika mereka tidak divaksin.
Peringatan ini terlihat cukup jitu dalam menggerakan masyarakat yang awalnya berkeras hati menolak vaksin, menjadi taat tanpa bantahan. Apalagi, belakangan juga muncul pemberitaan bahwa vaksinasi akan mulai berbayar. Meski hal tersebut hanya salah satu opsi, namun masyarakat pun menjadi lebih takut lagi jikalau harus mengeluarkan uang yang banyak untuk memperoleh vaksin.