Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Health Promoter

Master of Public Health Universitas Gadjah Mada | Perilaku dan Promosi Kesehatan | Menulis dan membuat konten kesehatan, lingkungan, dan sastra | Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Memahami Kekeringan dan Menabung Air di Daerah Kering

6 September 2019   14:01 Diperbarui: 11 September 2019   21:18 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air tanah merupakan air yang berada di dalam atau di bawah lapisan tanah. Terdapat air tanah yang dangkal dan ada juga air tanah yang dalam. Biasanya air yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air tanah dangkal seperti sumur dan lain sebagainya.

Air permukaan merupakan air yang berada di permukaan tanah. Biasanya hal ini dapat disebabkan oleh tidak dapat terserapnya air ke dalam tanah. Contoh air permukaan adalah sungai dan danau.

Air angkasa merupakan air yang terdapat di udara atau angkasa. Air angkasa dapat berupa embun, air es dan air hujan.

Ketiga kelompok air tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Contohnya adalah proses terjadinya hujan. Air permukaan akan menguap dan membentuk awan serta menyimpan air di angkasa. Awan yang sudah terbentuk tersebut lalu menjadi hujan. Hujan yang turun ke bumi akan terserap dan menjadi air tanah, sedangkan air yang tidak terserap akan menjadi air permukaan.

Dengan mengetahui proses pembentukkan air dan kelompok-kelompok air tersebut, maka kita dapat mengetahui metode yang tepat untuk menghasilkan ataupun melestarikan air. Banyak metode yang dapat diterapkan untuk melestarikan air, namun dalam beberapa waktu belakangan, terdapat cara yang dianggap sangat bagus dan dapat memberikan hasil jangka panjang. Metode tersebut adalah dengan membuat sumur resapan dan biopori.

Secara tujuan, kedua metode ini sama-sama bertujuan untuk menampung atau membantu penyerapan air hujan ke dalam tanah. Dengan penyerapan tanah yang baik, kualitas tanah akan terjaga dan jumlah air tanah yang bisa digunakan dapat terjaga, meskipun saat musim kemarau.

Cara ini memang cukup sederhana, namun jarang dilirik oleh beberapa wilayah karena proses untuk menghasilkan cadangan air tanah yang baik memang tidaklah instant. Sedangkan banyak wilayah yang hanya berfokus pada membuat sumur-bor atau menyediakan pipa untuk mengaliri air dari tempat yang jauh. Ibaratnya, kita hanya berfokus untuk mengambil air sebanyak-banyaknya dari tanah, tanpa memikirkan cara untuk mengembalikan air tersebut ke tanah.

Sumur resapan adalah lubang sumur buatan yang memiliki diameter 80 hingga 100 cm dengan kedalaman 1,5 meter namun tidak melebihi kedalaman air tanah. Sumur ini bertujuan untuk menampung air hujan atau aliran air permukaan untuk meresap ke dalam tanah dalam jumlah banyak.

Jika dibedakan, sumur resapan berukuran lebih besar dari biopori. Ukuran biopori adalah 10 hingga 15 cm dengan kedalaman sekitar 100 hingga 120 cm. Pada sumur resapan, dinding sumur diperkuat dengan buis beton, pasangan bata atau bisa juga menggunakan batu kosong tanpa diplester. Bagian dasarnya diisi koral setebal 15 cm, sedangkan bagian atasnya ditutup pelat beton. Pada biopori, cukup diberi adukan semen pada mulut lubang agar mencegah guguran tanah membuat lubang tertutup.

Sumur resapan menggunakan pipa untuk mengalirkan air ke dalam sumur. Pada biopori perlu dimasukan sampah organik agar sampah tersebut membuat organisme dalam tanah bekerja dan membentuk pori-pori dalam tanah sebagai aliran penyerapan air.

Dapat dikatakan bahwa hal ini bagaikan "menabung air". Air yang terserap tersebut dapat membuat air tertampung dalam tanah dan memungkinkan dapat membentuk jalur air bawah tanah yang berkualitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun