Wati tidak berucap sepatah katapun. Hanya air mata yang berbicara. Segala rasa rindu yang tertampung bertahun-tahun di hati, seketika tumpah lewat tangisan.
"Wati, maaf membuatmu menunggu lama. Banyak yang harus kuusahakan sebelum bisa berdiri di hadapanmu sekarang dan menunjukkan hasil dari doa kita bertahun-tahun lalu." Sambung Frans dihadapan sahabat, sekaligus wanita yang sudah disukainya sejak lama tersebut.
"Terima kasih Tuhan." Ucap Wati tiba-tiba sambil tersenyum melihat pilot di hadapannya.
Rasa bersalah Frans pun sedikit berkurang melihat respon dari Wati tersebut. Namun tetap saja, ia masih takut bila Wati sudah melupakannya.
"Wati, masih ingat tawaranku waktu lalu? Sekarang aku akan menawarkannya lagi padamu." Frans sambil menatap harap.
"Tawaran apa, Frans?" Wati terlihat berpikir untuk mengingat.
"Sudah siap keliling dunia bersama?" Frans mengingatkan.
"Hahahaha. Ia aku baru ingat. Pertanyaan tersering yang kau ucapkan sejak masa kecil saat melihat peta dunia." Ucap Wati. Anggukan dari Wati mengikuti dan menunjukkan bahwa ia masih menyimpan ruang khusus di hatinya bagi Frans.
"Tapi, sebelum berkeliling dunia, ayo jelaskan semuanya." Ucap Wati yang meminta penjelasan tentang Frans yang tidak pernah mengabarinya bertahun-tahun.
"Ia. Pasti ku jelaskan. Ayo, aku antar." Frans sambil mengajak Wati bergegas.
"Siap Kapten!"